Unik

Mengungkap Sejarah Bajak Laut di Asia Tenggara


Dalam historiografi tradisional Asia Tenggara, perompak atau bajak laut, pekerja seks, tukang rickshaw dan kelompok orang kecil lain seolah dikelompokkan sebagai underclass dan dipresentasikan sebagai the people without history. Padahal, mereka justru merupakan elemen penting yang mempengaruhi perubahan lanskap budaya dan sejarah Asia Tenggara.

Temuan brilian itu antara lain terungkap lewat buku baru yang menggunakan pendekatan etnografi kesejarahan untuk menganalisa masa lalu Asia Tenggara. Orang yang tak diperhitungkan itu, menurut penulis, termasuk pula petani kecil, kuli perkotaan, perompak/orang gipsi laut.

Terinspirasikan pendahulunya, Prof John Smail, yang menganjurkan penulisan sejarah otonom dengan perspektif paralel (hal 4), penulisnya mencoba menuliskan sejarah Asia Tenggara berdampingan dengan ingar-bingarnya sejarah imperialisme Barat, lewat pemanfaatan sebanyak mungkin sumber dan data sejarah lokal yang terabaikan selama ini.

Pendekatan kesejarahan seperti itu jelas menghasilkan rekonstruksi sejarah alternatif atas beberapa kelompok masyarakat di wilayah ini, yakni sejarah dari mereka yang selama ini termarginalkan.

Usaha penulis jelas telah menambah deretan sejarawan lain yang mencoba (dan berhasil) dalam menghidupkan kembali suara-suara kelompok yang terpinggirkan untuk muncul bergema kuat dalam historiografi sejarah. Dengan menggunakan temuan arkeologi, tradisi oral, dan materi visual demi mengayakan sumber tertulis, Jean Taylor, dalam Indonesia: Peoples and Histories (2003), misalnya, berhasil merekonstruksikan sejarah Indonesia yang lebih plural, mengangkat komunitas kecil dan topik-topik yang dianggap sepele untuk memperlihatkan kontribusi kuat mereka dalam proses-proses penciptaan Indonesia modern.

Tidak berbeda dengan Taylor, Ruth Balint dalam Troubled Waters: Borders, Boundaries, Possession in the Timor Sea (2005) juga berhasil mengangkat dinamika peradaban yang hidup, berkembang dan menghilang di area perairan selatan Indonesia, yakni wilayah antara Laut Timor dan pesisir utara Australia. Kisah nelayan Timor dan masyarakat asli Aborigin di sana dapat mencuat berkat penolakan Balint atas penggunaan konsep partisi geografi modern abad ke-20 sebagai pembatas Asia Tenggara dengan Benua Australia.

Seperti Balint, dalam buku ini Warren melakukan pendekatan yang kurang lebih sama: mengadopsi konsep kewilayahan Asia Tenggara yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan sejarawan sosial sebelumnya. Penggunaan bahan arsip secara ekstensif memang telah menolong sekali dalam penyusunan kisah sejarah naratifnya.

Namun, penelitian antropologisnya yang didukung seluas-luasnya oleh sumber tradisi lisan, foto, maupun lukisan telah membuktikan bahwa pembagian geografis dan rekonstruksi sejarah Barat selama ini tidak selamanya mampu memperlihatkan sejarah masyarakat-masyarakat khas di kawasan ini yang sesungguhnya.

Banyak hal baru

Topik-topik yang dibahas Warren dalam buku ini memang nyaris tak pernah tersentuh sejarawan sebelumnya. Memunculkan kisah perbudakan yang terjadi terhadap suku Bajau (orang laut) dalam konteks Kesultanan Sulu dan kisah industri prostitusi dan penarik rickshaw yang miskin dan kelaparan dalam sejarah kolonial Singapura telah menampilkan jajaran medley topik-topik di kawasan ini, yang mengacu pada teori bahwa sejarah sosial dan budaya kawasan tersebut sebenarnya memang berproses evolutif dari bawah ke atas.

Selain saling berkaitan erat secara ekonomi dan politik, proses- proses yang terjadi pada komunitas tersebut telah menyumbangkan wajah Asia Tenggara modern yang dikenal sekarang. Mereka memainkan peran formatif mentransformasikan wilayah ini di aspek ekonomi, sosial dan budaya, yakni akar kuat sejarah komunitas-komunitas di Asia Tenggara.

Bila kita memahami konsep kewilayahan Asia Tenggara dalam perspektif seperti itu, kekecewaan yang muncul karena tidak ditemukannya esai khusus tentang Indonesia (sebagaimana kesan awal) terhadap buku ini menjadi pupus dan tidak berdasar. Artinya, dinamika sejarah kelompok- kelompok masyarakat yang diungkap sesungguhnya sudah mencakupi Indonesia, meskipun secara politis mereka kini terpartisi atas wilayah Asia Tenggara modern dalam konteks negara modern Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

Menampilkan 16 esai sejarah yang pernah muncul dalam pelbagai jurnal ilmiah, buku ini dapat dibagi atas tiga tema besar penelitian sejarah Asia Tenggara. Tema pertama merupakan riset mengenai sejarah muncul dan berkembangnya dunia maritim pada paruh akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19, di zona wilayah perairan dalam di bawah pengawasan kuat Kesultanan Sulu.

Warren berhasil menunjukkan bahwa kontrol dan penguasaan kekuasaan tersebut telah mentahbiskan Kesultanan Sulu sebagai jantung globalisasi perdagangan dunia terpenting masa itu. Berkat aktivitas perdagangan komoditas hasil laut, merajalelanya aktivitas perompak laut yang berhubungan kuat dengan praktik perbudakan (penjualan dan eksploitasi manusia) dalam satu konteks berproses, berevolusi dan mengkristal untuk meninggalkan suatu budaya tersendiri, yang kini pengaruhnya membentang jauh hingga ke Selat Malaka di sebelah Barat.

Dalam buku ini, sejarah orang- orang yang selama ini termarginalkan dalam karya-karya lain, bukan saja berhasil diangkat ke tempat utama dalam panggung sejarah, tetapi juga sekaligus memperlihatkan proses-proses panjang perjalanan yang kompleks dan menjadi cikal bakal terbentuknya perdagangan antar- Asia di era modern. Kisah para perompak laut di perairan itu, kelompok orang dan gipsi laut abad ke-18 hingga ke-19, ditampilkan penulisnya sebagai cara penjelasan untuk melihat sejarah Asia Tenggara dalam hubungannya dengan aspek-aspek politis yang lebih luas.

Topik kedua dalam buku ini berpendar seputar masa lalu atau sejarah sosial Singapura kolonial. Dipusatkan pada kisah kaum penarik rickshaw yang bermigrasi dari selatan China, nuansa sejarah masa lalu Singapura pun kian tersingkap. Pelbagai kisah kehidupan pekerja seks pendatang yang sebelumnya tak pernah diungkap sejarawan lain diangkat penulisnya tidak saja secara solo, tetapi sekaligus terkombinasi secara paralel dengan kisah penarik rickshaw. Hasilnya, rekonstruksi sejarah menarik dari orang-orang kecil yang begitu kaya nuansa karena menonjolkan tema penderitaan, kemiskinan, ketidakberdayaan, dan eksploitasi yang jarang ditulis dalam kronik sejarah.

Tema ketiga, yakni kumpulan tulisan yang memfokuskan pada hubungan erat antara kejahatan transnasional, yang meliputi pembajakan di laut dan human trafficking (perdagangan manusia) setelah dibukanya China awal abad ke-21 di wilayah Asia Tenggara, merupakan pembahasan paling relevan terutama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pelik kontemporer kawasan itu.



Pendekatan multidisipliner

Publikasi terbaru Sally Cameron dan Edward Newman, Trafficking in Humans; Social, Cultural and Political Dimensions (2008), memperlihatkan bahwa di negara-negara berkembang fenomena perdagangan manusia dan kejahatan terorganisasi cukup mendominasi fenomena penyebab krisis global dunia di abad ke-21 ini.

Buku itu lebih jauh juga mengungkap bahwa aktivitas kejahatan terorganisir dan pola migrasi global yang juga menjangkiti kawasan Asia Tenggara masih begitu sulit ditangani. Salah satu penyebabnya adalah kegagalan penemuan strategi ampuh penanganan karena kurangnya pengetahuan kita atas fenomena itu.

Proses globalisasi dalam konteks perompak di wilayah maritim Asia Tenggara, di mana masalah perdagangan manusia itu masuk di dalamnya, adalah fokus dari pembahasan penting di akhir buku ini (hal 309-331). Analisa tajam penulis menyediakan jawaban atas pertanyaan seputar dinamika akar masalah tersebut.

Dengan mengaitkan fenomena itu dengan aktivitas beberapa abad lalu, termasuk dalam kejahatan maritim dan perdagangan manusia, disimpulkan bahwa fenomena perompak laut dan kejahatan maritim era modern di perairan Asia Tenggara bukanlah fenomena baru. Pada intinya, ia menyediakan suatu imajinasi bahwa sejarah yang terjadi pada era 1968-2000 di Indonesia, Thailand, maupun Filipina memiliki korelasi kuat dengan dampak booming ekonomi di Asia Tenggara yang terjadi hampir tiga abad lalu, yaitu era 1768-1800.

Jelaslah, karya ini menjadi satu dari beberapa karya baru yang telah membuka kemungkinan- kemungkinan bagi penulisan sejarah komunitas-komunitas di Asia Tenggara dilakukan lewat pendekatan multidisipliner yang kaya detail, imajinatif, dan mendalam.

Mereka yang tengah melakukan studi Asia Tenggara, utamanya pemerhati aspek-aspek maritim, perlu mempertimbangkan buku ini secara sungguh-sungguh. Betapa cerita mengenai komunitas-komunitas kecil di Asia Tenggara yang diangkat Warren telah makin membukakan cakrawala baru demi terkuaknya pemahaman baru yang lebih kritis dalam studi kawasan ini.

Sumber

Misteri Bunker Di Bawah Jalan Kalibesar Timur, Jakarta

Kota Jakarta banyak memiliki bunker peninggalan penjajah. Bunker-bunker itu ada di bawah tanah beberapa kawasan di Jakarta. Seperti apa bunker tersebut dan bagaimana sejarahnya? Pradaningrum Mijarto dari Warta Kota menuliskannya.

Sejarah Kota Megapolitan Jakarta juga berkaitan dengan keberadaan bunker (ruang bawah tanah) yang tersebar di bawah tanah kota itu. Tak hanya di kawasan Kota Tua, atau Tanjungpriuk, data yang ada menyebutkan kawasan Kramat, Kebon Sirih, hingga Meester Cornelis pun menyimpan bekas bunker di bawahnya. Ketika saya mendengar kabar ada satu lagi bunker di kawasan Kota Tua, tentu ini menjadi penggenap data tentang keberadaan bunker di bawah tanah Jakarta.

Mencari sejarah bunker di Batavia, tak seperti mencari kisah tentang bagaimana Batavia dibangun. Kisah tentang bunker, seperti keberadaan bunker itu sendiri, berada jauh terselip di dalam terbitan-terbitan, baik majalah ataupun koran yang terbit di Belanda. Tak masalah, yang penting ada sedikit data, kemudian menelusuri fakta di lapangan. Maka sekali lagi, setelah bunker di bawah Stasiun Tanjungpriuk, bunker di depan Museum Sejarah Jakarta (MSJ), kini bunker lain terkuak sedikit.


Bunker yang baru kemarin saya jenguk, berbeda dengan dua bunker lain. Bunker di bawah Jalan Kalibesar Timur (di masa lampau kawasan ini disebut Pasar Pisang) ini dalam kondisi seperti ruang-ruang perkantoran atau ruang penyimpanan barang berharga. Pintu-pintu besi pernah menjadi penjaga ruang bawah tanah ini. Ada beberapa ruangan yang terbilang luas di bunker ini. Namun tentu penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui apakah bunker ini punya koneksi ke bunker lain di kawasan itu, apakah bunker ini hanya sebagai penyimpan barang berharga, atau juga sebagai ruang perlindungan manusia.

Di masa antara 1937-1942, Perang Dunia (PD) II, Pemerintah Belanda mengharuskan seluruh bangunan pemerintah membangun bunker. Selain sebagai penyimpan barang berharga, juga sebagai perlindungan saat PD II itu. Namun demikian, ternyata warga Belanda juga melengkapi rumah mereka dengan bunker. Itu terungkap dalam bukti-bukti berupa foto dan sebuah kisah khusus tentang bunker dalam majalah d'Orient. Maka bentuk dan peruntukan bunker pun jadi beragam. Untuk mengungkap keberadaan bunker, lagi-lagi ini perlu penelitian.


Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua, Candrian Attahiyyat, menyatakan, tahun ini sudah ada anggaran untuk melakukan penggalian. Boleh jadi, salah satunya adalah mengungkap keberadaan bunker di kawasan Kota Tua. "Kita belum bisa menentukan apakah bunker itu hanya untuk menyimpan barang berharga atau juga untuk perlindungan. Harus diteliti lebih dalam dari sisi arkeologi. Kalau ternyata ada lubang udara, itu berarti bunker itu berfungsi juga untuk bersembunyi," tandasnya.


Ia menambahkan, ciri-ciri bunker di kawasan tersebut, seperti yang sudah diinventarisir UPT Kota Tua, meskipun belum ada upaya pengecekan, adalah berada di bawah tangga. Demikian pula bunker yang masih menyisakan air setinggi mata kaki di bawah gedung Rotterdam Lloyd ini. Bunker dengan tinggi sekitar empat meter tersebut dalam keadaan gelap gulita, untuk turun ke bunker itu, orang tak akan menyangka sebab pintu masuknya sudah tertutup dengan timbunan kayu, rontokan tembok, dan seng.

Sejarah bangunan milik perusahaan pelayaran Rotterdam Lloyd tak terungkap banyak. Setidaknya ada tahun yang menyatakan pembangunan gedung yaitu 1938.
Semoga keberadaan bunker di bangunan tua tak lantas menjadi kesempatan bagi pengejar untung belaka, dunia hiburan, yang hanya akan mengangkat hal mistis. Tak ada yang mistis di gedung tua, di dalam bunker, atau peninggalan apapun. Yang ada adalah sejarah panjang yang berhimpun, berimpitan dan menantang untuk segera diungkap.

Sumber

7 Legenda Premanisme Jawa Kuno

Sobat Unik, premanisme memang masih menjadi masalah kehidupan di tanah air ini. Preman adalah orang yang memiliki kekuasaan tidak formal atas suatu daerah, sehingga bagi orang lain yang ingin tinggal atau berusaha di daerah tersebut, diwajibkan untuk membayar sejumlah uang yang disebut uang keamanan.

Premanisme ternyata sudah terjadi ketika zaman kerajaan-kerajaan terdahulu, bahkan beberapa peraturan tentang premanisme dibuat dalam bentuk prasasti. Berikut kami rangkum 5 legenda tentang hukum premanisme di zaman Jawa kuno, sebagai berikut :






1. Prasasti Balingawan

Prasasti Balingawan diketahui ditulis pada tahun 891 M pada sebuah batu, yang bagian belakangnya terdapat ukiran arca Ganesha. Prasasti tersebut sekarang disimpan di Museum Pusat Jakarta. Dalam prasasti Balingawan tersebut menceritakan tentang penemuan mayat di Desa Balingawan.

Menurut hukum pada waktu itu, bagi desa-desa yang menjadi tempat berlangsungnya suatu tindak kriminal (walaupun tidak kriminal terjadi di tempat lain, namun ditemukan mayat di desa tersebut), maka desa tersebut diharuskan membayar pajak/denda yang berlipat kepada Raja.

Oleh karena itu, untuk mencegah tindak kriminal; masyarakat Desa Balingawan membuat sistem pengamanan desa yang dibantu oleh para tentara keamanan kerajaan.

2. Prasasti Mantyasih

Prasasti Mantyasih diketahui ditulis sekitar 907 M yang terdiri dari 3 versi, yaitu dua versi ditulis pada lempengan perunggu, dan datu versi ditulis pada media batu. Prasasti Mantyasih menceritakan tentang rakyat Desa Mantyasih yang ketakutan dikarenakan ulah para penjahat yang selalu meresahkan masyarakat. Kemudian Raja Rakai Watukura Dyah Balitung menyuruh lima patihnya untuk menumpas para penjahat dan menjaga keamanan Desa Mantyasih.

Desa Mantyasih berada di wilayah Gunung Sundara dan Gunung Sumbing, Temanggung, Jawa Tengah. Setelah adanya keputusan Raja tersebut, masyarakat Desa Mantyasih menjadi tenang dan bebas dari para penjahat.

3. Prasasti Kaladi

Prasasti Kaladi diketahui ditulis sekitar pada tahun 909 M. Prasasati Kaladi ini menceritakan sebuah permohonan dari pejabat dua daerah yang bernama Dapunta Suddhara dan Dapunta Dampi kepada Raja Rakai Watukura Dyah Balitung tentang adanya hutan yang memisahkan kedua desa mereka. Menurut pejabat daerah, masyarakat desa sering mendapat serangan dari para penjahat yang bersembunyi di dalam hutan tersebut. Kemudian Raja Rakai Watukura Dyah Balitung memutuskan bahwa hutan tersebut agar dijadikan sawah, sehingga masyarakat setempat tidak menjadi ketakutan.

4. Prasasti Sangguran

Prasasti Sangguran ini diketahui ditulis pada tahun 928 M yang berisikan hukum-hukum yang menyangkut tentang kriminal, seperti hukum desa, hukum caki-maki, hukum meludahi, hukum memukul dengan tangan, hukum tindak kekerasan terhadap wanita, hukum perkelahian, dan hukum kejahatan yang menggunakan kekuatan magis.

Selain itu, terdapat juga Naskah Purwadhigama yang merupakan naskah sistem pengadilan zaman Jawa Kuno yang sudah membagi hukum menjadi tindak pidanan dan tindak perdata yang disebut sebagai astadasawyawahara.

5. Candi

Selain dalam bentuk prasasti, relief-relief beberapa candi juga menggambarkan tentang adanya premanisme pada zaman Jawa kuno, salah satunya dapat dilihat pada relief tangga masuk pada sisi selatan dari Candi Mendut di wilayah Jawa Tengah. Candi peninggalan abad ke-9 tersebut menggambarkan figur orang yang sedang berkelahi.

Candi Surawana yang berada di wilayah Kediri ini juga terdapat relief yang menggambarkan tindak kekerasan. Candi yang berdiri sejak abad ke -14 Masehi ini, terdapat relief seorang tokoh yang sedang mematahkan kepala seseorang.

Candi Rimbi yang berada di daerah Jombang ini juga terdapat relief pada kaki candi tersebut, pada sisi selatan; yang menggambarkan dua orang pria yang sedang berkelahi di hutan dengan telanjang dada. 


Sumber

Mitos Kunang-kunang Penjelmaan Iblis

Sebenarnya, manusia masa lalu sudah berpikir bagaimana hewan kecil ini dapat menghasilkan sinar namun keterbatasan informasi dan sarana pengetahuan menyebabkan timbulnya mitos konyol tersebut. Jangan anggap ini adalah sesuatu yang murni konyol karena ratusan tahun kemudian para peneliti menemukan lucifer di dalam tubuh kunang-kunang. Dan kalian tidak perlu takut, lucifer ini bukanlah makhluk jahat seperti dalam pikiran anda melainkan sebuah enzim yang disebut luciferase (berasal dari bahasa latin lux ferre, yang berarti pembawa cahaya) dan berfungsi mengatur reaksi kimia dalam tubuh kunang-kunang sehingga dapat menghasilkan sinar.


Kunang-kunang adalah nama umum untuk serangga yang bercahaya dan termasuk ke dalam famili Lampyridae yang bersifat nocturnal. Kunang-kunang memiliki organ dan sel khusus (photocytes) yang mampu menghasilkan cahaya, terdapat pada segmen pertama atau kedua terakhir dari ekor (abdomen). Lebih dari 2000 spesies kunang-kunang tersebar di daerah tropis dan temperate. Kunang-kunang dapat dijadikan indikator alami terhadap kondisi alam dimana alam yang telah rusak tidak memiliki populasi kunang-kunang.

Bagaimana Kunang-kunang membuat sinar?

Langkah Pertama: Sel-sel di bagian ekor kunang-kunang menghasilkan enzim luciferase

Pada setiap nukleus dari setiap sel, sebuah enzim yang disebut DNA Polymerase mengkode gen Luc dengan sel-sel genom. Gen Luc merupakan sekuen dari asam amino yang menghasilkan enzim luciferase. Kemudian, RNA Polymerase mengkopi gen luc dalam bentuk mRNA yang sangat mirip dengan DNA. 

Proses ini disebut transkripsi. Setelah proses transkripsi selesai, mRNA menuju sitoplasma. Di dalam sitoplasma, mRNA luc diatur oleh sel penghasil protein yang disebut ribosom. Ribosom menterjemahkan informasi dalam mRNA luc untuk memproduksi sebuah rantai asam-asam amino yang membangun enzim luciferase. Proses ini disebut translasi. Agar enzim luciferase dapat berfungsi, rantai asam-asam amino tersebut harus menekuk dan terlipat dalam tiga bentuk dimensional yang spesifik.

Langkah Kedua: Enzim Luciferase mengatur reaksi-reaksi kimia untuk menghasilkan sinar

Untuk menghasilkan sebuah sinar tampak, sel-sel di dalam ekor kunang-kunang harus memproduksi ribuan enzim luciferase. Di dalam setiap sel, enzim-enzime tersebut mencari pasangannya dan berikatan membentuk senyawa kimia yang disebut luciferin. Enzim luciferase mempercepat reaksi kimia dengan menggabungkan molekul oksigen dengan luciferin sehingga membentuk oxyluciferin. 

Di dalam reaksi, luceferin teroksidasi, yaitu ia kehilangan sebuah elektron dan molekul-molekulnya berpindah ke tempat energi yang lebih tinggi. Ketika molekul-molekul yang penuh energi ini kembali ketingkat energi yang lebih rendah, yaitu dalam keadaan yang lebih stabil molekul-molekul melepas energi dan menghasilkan sinar yang kemudian digunakan bagi kunang-kunang untuk memberikan signal kepada pasangannya dan merupakan peringatan bagi predator.


Mengapa Kunang-kunang Menghasilkan Sinar?
Satu diantara alasannya adalah untuk menarik pasangan. Jantan dan betina dari jenis yang sama akan memancarkan signal kelap-kelip sebagai cara berkomunikasi. Masing-Masing jenis kunang-kunang mempunyai pola khusus dalam bersinar. 

Sebagai contoh, kunang-kunang jantan dari satu jenis akan terbang bebas di langit malam dan dengan tiba-tiba mulai berkerlip serta memutar keatas untuk membuat pola sinar (J-shapped) yang berbeda. Kunang-Kunang betina menggantung pada suatu cabang pohon atau di rumput ketika si jantan sedang beraksi menunjukkan sinar terbaik mereka. Ketika si betina mengenali dan menyukai sinar dari si jantan maka si betina akan menjawab dengan sinar terbaik pula.

Alasan lain adalah untuk menghindar dari predator. Tubuh kunang-kunang dipenuhi dengan bahan kimia yang terasa tidak enak bila dicicipi disebut lucibufagens dan setelah predator mencicipinya, dengan cepat mereka belajar untuk mengasosiasikan bahwa kunang-kunang adalah mangsa dengan cita rasa yang buruk. Jadi sinar kunang-kunang tidak hanya membantu menarik pasangan, tetapi juga memperingatkan predator untuk menjauh. 

Memiliki lucibufagens juga sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu spesies kunang-kunang yang tidak dapat membuat senyawa kimia ini dan memperolehnya melalui memakan spesies lain yang dapat membuatnya. Mereka melakukan ini dengan meniru pola kilatan spesies lain dan memikat mereka. Kunang-kunang jantan yang tidak curiga berpikir bahwa ia akan menemukan pasangan, melainkan menjadi makanan lezat bagi kunang-kunang licik.


Sumber

Misteri Buku dari Kulit Manusia



Buku kuno ini dari luar kelihatannya biasa-biasa aja yah, tapi tau tidak bahan dasar pembuatan sampul buku ini dari apa ?

Kulit Manusia !!!

Kalau pernah dengar dengan yang namanya sampul buku kulit manusia maka inilah wujudnya. Buku dengan sampul kulit manusia ini berumur kira-kira 300 tahun, ditemukan di Downtown, Leeds, Inggris.

Nampaknya buku ini sempat dicuri setelah kemudian ditemukan lagi oleh anggota kepolisian.Buku dengan sampul ini sangatlah langka dan harganya sangat mahal, tapi pada Zaman-zaman Revolusi Perancis dulu, buku dengan sampul kulit manusia banyak yang beredar.

Soalnya banyak para korban dari Revolusi Perancis tulang belulangnya malah dijadiin bahan bangunan (mirip Evora Chapel di Portugal, dimana sebagian besar struktur bangunan Gerejanya tersusun dari tulang belulang manusia). Kalo kulitnya ya dijadiin sampul, mungkin ada juga yang dibikin hiasan untuk pajangan dinding dinding rumah.

Memang, buku ini adalah salah satu dari peninggalan masa-masa Revolusi Perancis dulu. Seluruh isinya juga berbahasa Perancis. Pemilik aslinya juga salah satu Bangsawan Prancis, yang ahirnya berniat untuk mendonorkan buku ini disalah satu Perpustakaan sejarah di Kota Leeds, Inggris.

Menurut desas-desus yang beredar, katanya si Bangsawan sudah tidak tahan lagi menyimpan buku ini dikediamannya, karena hampir setiap malam hari, dari arah buku ini sering muncul suara teriakan-teriakan minta tolong. Makanya kemudian ia berniat mendonorkannya untuk disimpan di Perpustakaan saja.


Sumber

Misteri Kerangka Manusia Mini Atacama Humanoid



Pada tahun 2003 lalu, sejumlah ilmuwan menemukan kerangka mayat tubuh menyerupai manusia berukuran 15 sentimeter di Chile. Kerangka tubuh mini tapi berkepala besar itu dinamai Atacama Humanoid. Ketika itu kerangka aneh itu diduga merupakan jabang bayi yang digugurkan, seekor monyet, atau bahkan alien alias makhluk luar angkasa.


Gurun Atacama (Atacama desert)


Kini dalam sebuah film dokumenter Sirius para ilmuwan di Universitas Stanford, California, Amerika Serikat, telah melakukan tes DNA terhadap kerangka mirip alien itu dan menyatakan mayat seukuran pena itu adalah manusia yang gennya telah dimutasi, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Rabu (24/4/13).

Koran lokal Chili ketika itu melaporkan seorang lelaki bernama Oscar Munoz menemukan kerangka itu pada 19 Oktober 2003 ketika dia sedang mencari benda purbakala di Kota La Noria, di Gurun Atacama.

Waktu itu Munoz menemukan sebuah kain putih berisi kerangka aneh itu. Mayat itu memiliki gigi, kepala membesar di bagian atas hingga ke belakang.


“Atacama Humanoid”, Kerangka Mini Mirip Manusia


Tubuh mayat itu berwarna gelap dan bersisik. Tak seperti manusia, mayat itu punya sembilan rusuk.

“Bisa saya pastikan mayat itu bukan seekor monyet. Mayat itu manusia, lebih mirip manusia ketimbang simpanse. Umurnya sekitar enam hingga delapan tahun,” kata Garry Nolan, direktur ilmu Biologi di Universitas Stanford.

“Makhluk itu pernah bernapas, makan, bermetabolisme. Pertanyaan menarik muncul, sebesar apa dia ketika lahir. Hasil tes DNA dengan teknik komputasi bisa menentukan makhluk itu adalah manusia,” ujar Nolan.

Namun ada pula sekelompok orang yang masih meragukan tentang sosok Dr Steven Greer ini dan menyatakan bahwa dia adalah seorang reptilian. (baca: Pemimpin Dunia Adalah Reptilian, Disusupi Alien atau Iblis?)

Pada sebuah video di youtube, saat Dr Steven Greer mempresentasikan temuannya, matanya terlihat mirip reptilian. Dan juga diisukan bahwa Greer adalah salah satu pendukung proyek Blue Beam. (baca: Project Heboh non-Agamais “Blue Beam”, Skenario Alien & Mahdi menuju Dunia Baru?)

Tapi terlepas dari isu tersebut, Dr Steven Greer benar adanya, bahwa manusia tidak perlu lagi selalu tergantung untuk membeli energi berupa minyak bumi dan sejenisnya dari para elit dan kartel minyak dunia yang juga dikuasai kaum elit dunia serta mengatur harga dari minyak-minyak dunia tersebut.



Pada film dokumentasinya, memang benar sejak Nikola Tesla dan beberapa ilmuwan dahulu pada zamannya yang telah berhasil membuat alat dan mesin “Free energy” atau energi gratis, mesin itu dihancurkan oleh kaki-tangan kaum elit penguasa perminyakan dunia. Selain itu mereka juga pada tewas dibunuh, diracun hingga diberitakan mereka tewas akibat “bunuh diri”.

Pada kenyataan yang sebenarnya, memang energi alami ada disekitar kita, sudah ada sejak alam tercipta, jumlahnya tak terkira dan tak akan pernah ada habisnya. Lalu untuk apa kita bergantung pada minyak bumi? Ya, agar kita selalu bergantung pada “dagangan” mereka para kartel minyak dunia dan dapat mengatur harga minyak yang secara otomatis mereka juga dapat juga mengatur dunia! Jadi untuk apa Dr Steven Greer dianggap sebagai reptilian?

Dalam film dokumentasi berjudul “Sirius”, dikisahkan pula bahwa peradaban manusia sebenarnya sudah dapat sangat maju, namun elit juga bermain disana agar dapat mengontrol dunia. Juga dikisahkan tentang telah majunya peradaban dunia pada masa lalu, selain itu juga adanya keberadaaan makhluk lain selain manusia yang selalu memantau peradaban manusia sejak dulu dan masih banyak bukti-bukti tentang hal lainnya.

Dibuat Film Documentary

“Sirius” adalah film dokumenter panjang oleh Dr Steven Greer – seorang dokter UGD yang beralih menjadi peneliti UFO – disaat ia berjuang untuk mengungkapkan informasi rahasia tentang rahasia energi & teknik propulsi.

Sepanjang perjalanan, Dr Greer menyelidiki teknologi baru dan menyoroti pada kriminal, pembunuhan serta penindasan.

Dia terakumulasi lebih dari 100 Pemerintahan, Militer, dan Komunitas Saksi Terhadap Intelijen yang bersaksi terhadap catatan tentang pengalaman pada tangan pertama mereka dengan menutupinya.

Meskipun ia merasa tertekan dekat dari upaya pembunuhan terhadap dirinya, dia mendapati ditemukannya hal yang sangat luar biasa: kemungkinan kerangka dari ET kuno, dengan panjang hanya 6 inci, yang ditemukan di gurun Atacama.


Dr Greer, bersama dengan timnya, yang didukung oleh para pendukung dana, memulai perjalanan ke Eropa untuk mendapatkan sampel fragmen tulang yang dimiliki liga universitas IVY, dan menjalankan tes genetik pada tulang. Apa yang mereka temukan akan benar-benar mengubah realitas keberadaan manusia.

Sedangkan pada pengembaraan ini, penonton TV diuntungkan oleh perspektif baru pada teknologi, evolusi manusia, dan organisasi klandestin yang telah dimanipulasi dan dikendalikan oleh masyarakat selama berabad-abad lamanya!!  

Sumber

Mengungkap Misteri Jin Pendamping Manusia

Pada kesempatan Ini BMBD akan membahas tentang JIN PENDAMPING manusia ( QARIN ). Saya yakin banyak Umat Islam yang belum tau bahkan belum pernah dengar. Oleh sebab Itu Blog Misteri Beda Dunia (BMBD) Akan menjelaskan Tentang jin pendamping atau Qorin itu. Pasti sobat semua pernah mendengar yang namanya kerasukan, nah biasanya, orang yang kerasukan ini mengaku bahwa ia adalah sosok seorang yang sudah meninggal, dan sengaja meminjam raga orang lain untuk berkomunikasi dengan orang yang masih hidup, karena konon arwahya masih penasaran karena ada pesan yang belum tersampaikan.


Pasti kejadia ini sudah tak asing lagi bagi kita, Tahukah anda,,?? biasanya ketika seseorang kerasukan dan mengaku dirinya adalah sosok orang yg telah meninggal, itu bukanlah setan, melainkan sosok yang merasuk ke dalam tubuhnya itu adalah sahabat almarhum/almarhumah yang tidak lain adalah Qorin atau jin pendamping yang selalu mendampinginya sewaktu hidup. Jadi ia tahu betul apa yang dilakukan almarhum/almarhumah sewaktu hidup.

Siapakah Qarin itu sebenarnya?? apakah ia jin pendamping yang baik atau jahat bagi orang yang di dampinginya?? mengapa qarin tidak meninggal menyusul orang yang didampinginya ke alam baka (kekal)?? secara bahasa”qarin” berarti teman atau pasangan.karena itu qarin sering di artikan sebagai teman yang selalu mendampingi kita kapan saja kita berada. 

Layaknya teman , ada yang baik dan ada yang buruk. Begitu juga dengan qarin, ia kadang memiliki pengaruh baik pada kita kadang juga memiliki pengaruh buruk pada kita. Tetapi pengaruh kita sebagai manusia lebih tinggi dibandingkan pengaruh qarin terhadap kita.

Qarin sudah ada sejak kita lahir. Karena itu , ada yang mengistilahkan qarin itu pasangan kembar kita. Hanya saja ia bentuknya ghaib dan tak terlihat. Sebagai pasangan yang selalu mengikuti kita kemana saja , sudah pasti ia tahu betul apa yang kita kerjakan semasa hidup. Seingga qarin bisa menyampaikan keinginan2 yg ingin di sampaikan alkmarhum/almarhumah saat ihdupnya yang belum sempat terucap.

Keberadaan qarin dlm tubuh kita di pertegas oleh hadist nabi riwayat Abdulah bin mas' ud. Dalam hadist tsb di sebutkan bahwa rasullulah bersabda “ tidak ada seorangpun diantara kalian yang tidak di tunjuknya jin pendamping (Qarin) “.” para sahabat bertanya”. “termasuk anda, ya Rosulullah??”

“ya” Jawab nabi. “Hanya saja aku mendapat pertolongan Allah, sehingga jin pendampingku masuk islam, dan ia tidak pernah mengajak ku kecuali yang baik-baik”

Konon jin (Qarin) yang mendampingi nabi itu bernama Habib al-Huda dan ia beragama islam. Disinyalir jin nabi ini masih hidup hingga sekarang. Dan tinggal di baqi'. Disana ia memiliki majelis dakwah, yang kerap kali di datangi oleh jin-jin lainnya yang beragama islam. Jadi layaknya manusia , jin juga memiliki tempat untuk belajar dan mengajar.

Dalam al-quran sendiri perkataan qarin disebutkan dalam surat Zukhruf (43) : 36, barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (AL-QUR'AN), kami adakan bagionya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi qarin, dan sesungguhnya merka benar-benar menghalangi mereka dari jalan dan mereka menyangka bahwa mereka mendapatkan petunjuk.

Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah, penggunaan bentuk tunggal bagi kata qarin dalam ayat di atas mengisyaratkan bahwa setiap orang yang enggan mengikuti tuntunan agama akan memiliki qarin. Ini terjadi bagi perorangan, bukannya sekelompok yang memperoleh satu qarin secara bersama-sama.

Artinya dalam setiap tubuh manusia pasti ada qarinnya. Ia akan mempengaruhi orang yang di dampinginya itu kepada jalan yang sesat. Bagi yang tidak memiliki iman, akan tersesat. Sebaliknya, bagi seseorang yang beriman maka akan dapat menepis godaan qarinnya.

Kata qarin juga disebut dalam surat Qaf (50) ayat 27. “ Dan yang menyertai dia berkata (pula) “Ya Tuhan Kami ,aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan.”[ Blog Misteri Beda Dunia ] 
Menurut Quraish shihab , surat Qaf (50) ayat 23, membicarakan tentang keadaan orang-orang kafir di hari kiamat yang telah menjadi korban godaan qarin. Qarin itu mempertunjukan kepada Allah tentang orang yang telah berhasil di godanya yaitu seperti orang kafir, dan ia pantas disiksa di neraka.

Allah pun lalu melemparkan orang-orang kafir itu kepada neraka seperti yang terlukis dalam ayat berikutnya dari surat Qaf ayat 24, “Allah berfirman :” Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala”

Tetapi Qarin sendiri tak pernah mau bertanggung jawab atas dosa yang dipikul manusia atau siksaan yang diterima oleh orang yang sesat sehingga di masukan ke neraka.. ini terlihat dari penjelasan ayat berikutnya dari surat Qaf ayat 27 tersebut. Qarin mengelak bahwa itu bukan merupakan perbuatannya.

Seperti halnya manusia , qarin juga ada yang beragama islam, ateis, kristen dan yahudi. Konon qarin yang non muslim ini bertengger di bahu kiri pada orang yang di dampinginya.Sebaliknya Qarin yang Muslim berasa di bahu kanan, Dia selalu membantunya untuk taat kepada Allah. Jika kita lupa shalat, dia mengingatkan dan membangunkan kita. Dia tidak pernah meninggalkan orang yang di dampinginya kecuali ia sedang menggauli istrinya. Ketika sang suami isteri sudah masuk kamar dan pintu di tutup, maka qarin pun dengan sekejap sudah berada di mekkah untuk shalat disana dan balik lagi dengan sekejap ke rumah muslim tersebut.

Tidak seperti manusia , qarin tidak dapat mati hingga hari kiamat. Sebab ia merupakan bangsa jin. Seperti bangsa jin lainnya, ia pun tidak bisa mati kecuali saat datangnya hari kiamat. Maka dari itu, ketika yang di dampinginya meninggal, qarin kerap kali menampakkan wujudnya seperti diri org yang dulu di dampinginya.

Biasanya qarin itu berperilaku persis seperti orang yang di dampinginya. Jika orang yang di dampinginya adalah orang yang saleh maka ia akan berperilaku persis seperti orang itu, meskipun orang itu sudah meninggal. Karena itu kerap kali kita mendengar kisah-kisah tentang orang saleh yanng sudah meninggal dunia , tetapi kita masih melihat nya sedang mengaji di masjid, beribadah dan sebagainya.

Sebagian orang menilai itu karena karomahnya.padahal itu adalah qarin yang dulu mendampinginya ia akan persis melakonkan perilaku orang yang di dampinginya saat masih hidup.

Dalil tentang Adanya Jin Pendamping
Ibn Mas’ud menceritakan, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bersabda yang artinya: “Tidaklah salah seorang dari kalian melainkan ada pendampingnya dari golongan jin.” Mereka bertanya, “Juga padamu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, hanya saja aku telah mendapat perlindungan dari Allah sehingga aku selamat. Ia tidak memerintahkan aku kecuali kebaikan.” (HR Muslim).

Ath-Thabarani mengisahkan riwayat dari Syuraik bin Thariq. Ia berkata, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Tidak ada seseorang di antara kalian melainkan ada baginya seorang setan.” Mereka bertanya, “Juga bagimu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, tetapi Allah melindungiku sehingga aku selamat .”(HR. Ibnu Hibban).

Ibn Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Setiap anak Adam mempunyai kelompok, dan bagi malaikat ada kelompok dengan anak Adam. Kelompok setan mengajak kepada kejahatan dan mendustakan yang hak, adapun kelompok malaikat mengajak kepada kebaikan dan membenarkan yang hak. Barang siapa yang mendapatkan yang demikian itu, maka ketahuilah bahwa itu dari Allah dan pujilah Allah, dan barang siapa yang mendapatkan selain itu, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk, kemudian ia membaca asy-syaithanu ya’idukumul-faqra wa ya’murukum bil-fahsya’.” (HR. Tirmizi).

Sa’id al-Jariri mengomentari ayat yang berbunyi, “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Alquran), kami adakan baginya setan.” (QS. Az-Zukhruf: 36). Ia berkomentar, “Telah sampai berita kepada kami bahwa orang kafir apabila dibangkitkan pada hari kiamat, setan akan mendorong dengan tangannya, hingga ia tidak bisa melawannya, sampai Alloh menempatkannya di api neraka, dan ketika itu ia berkata, ‘Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat.’ (QS. Az-Zukhruf: 38). Sementara, orang mukmin akan diwakilkan padanya malaikat sampai ia diadili di antara manusia dan menempatkannya dalam surga.

Abadullah Bin Mas’ud mengatakan bahwa : Rasulullah saw bersabda; “Tidak ada seorangpun diantara kalian yang tidak ditunjuk untuknya Jin pendamping (Qarin)”. Para sahabat bertanya; “Termasuk anda ya Rasulullah ?, “Ya” jawab Nabi, Hanya saja aku mendapat pertolongan Allah,sehingga Jin pendampingku masuk Islam, dan dia tidak pernah mengajakku kecuali yang baik-baik”.

Jin pendamping (Qarin) Rasulullah saw, adalah bernama Habib al-Huda, beragama Islam dan menurut para ulama sampai sekarang beliau masih hidup, beliau tinggal di Baqi’. Di Baqi’, beliau mempunyai majelis pengajaran tafsir dan hadis-hadis Rasulullah saw yang didatangi oleh jin-jin muslim. Hal ini bisa saja terjadi sebab umur rata2 Jin panjang bisa mencapai ratusan dan ribuan tahun.


Bagi orang kita orang awam akan timbul pertanyaan : Apakah Jin pendamping muslim itu juga pasti muslim ..?, jawabnya tidak mesti. Kadang-kadang Jin pendamping seorang muslim itu adalah jin muslim, tetapi ada juga jin kafir, ateis, penyembah berhalah, kristen, yahudi. Jin pendamping (qarin) yang non muslim ini, bertengger dibahu kiri pada orang yang didampinginya, dan dia adalah pendukung kejahatan. Tetapi pengaruh manusia terhadap jin lebih besar ketimbang pengaruh jin terhadap manusia.

Jin Pedamping yang muslim, sangat mencintai orang muslim yang didampinginya dalam derajat yang tidak dapat dibayangkan oleh manusia. Dia melindungi manusia yang didampinginya dari berbagai bahaya, dan membantu untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah. Ketika anda lupa sholat dia membantu mengingatkan dan membangunkan anda. Dia tidak pernah meninggalkan orang muslim yang didampinginya kecuali orang tsb sedang menggauli istrinya. Ketika sang suami isteri sudah masuk kamar dan pintu ditutup, maka Qarin dengan sekejap sudah berada di Mekkah untuk sholat disana, dan balik lagi dalam waktu sekejap kerumah orang muslim tersebut.

Untuk Melindungi Diri dari Jin Qorin maka Banyaklah berdzikir dan memohon perlindungan kepada Allah. Jika kita sungguh-sungguh melakukan hal ini, insyaaAllah, akan datang perlindungan dari Yang Maha Kuasa..


Sumber

Popobawa, Roh Jahat Penyuka Sodomi Manusia



Popobawa, disebut juga Popo Bawa, adalah nama suatu roh jahat yang diyakini oleh warga untuk pertama kali muncul di pulau Pemba, Tanzania. Pada tahun 1995 mahluk misterius ini menjadi fokus utama histeria kolektif atau rasa panik yang tersebar dari Pemba ke Unguja, pulau utama di kepulauan Zanzibar, dan menyeberang ke Dar es Salaam dan pusat-pusat perkotaan lainnya di pantai Afrika Timur.

Popobawa adalah nama Swahili yang diterjemahkan secara harfiah sebagai ” sayap kelelawar ” (dari bahasa Swahili). Nama ini dikatakan berasal dari deskripsi bayangan roh kegelapan yang menyerang di malam hari. Nama dari Swahili menggunakan bentuk jamak dari nama mapopobawa untuk menyebut beberapa manifestasi perasaan takut. Popobawa adalah shapeshifter dan digambarkan mengambil bentuk yang berbeda, bukan hanya sebagai kelelawar sebagaimana namanya. Mahluk misterius ini dapat mengambil bentuk rupa manusia atau hewan, dan bermetamorfosis dari satu ke yang lain. Popobawa biasanya dilihat rumah-rumah di malam hari, tetapi juga dapat dilihat pada siang hari dan kemudian dia tampak seperti manusia dengan jari-jari tajam. Kehadirannya ditandai dengan kehadiran bau tajam, namun hal ini tidak selalu terjadi.


Popobawa menyerang pria, wanita dan anak-anak, dan dapat menyerang seluruh anggota keluarga, sebelum meneruskan ke rumah lain di sekitarnya. Serangan malam dapat terdiri dari serangan fisik sederhana dan/atau seperti fenomena poltergeist, tetapi yang paling ditakuti adalah penyerangan seksual dan sodomi laki-laki dewasa dan wanita. Korban sering didesak untuk memberitahu orang lain bahwa mereka telah diserang, dan diancam dengan kunjungan berulang oleh Popobawa jika mereka tidak melakukannya.

Selama isu serangan Popobawa, banyak orang mencoba untuk mencegah serangan dan menghabiskan malam dengan tidur di luar rumah mereka, seringkali berkerumun di sekitar api terbuka dengan anggota keluarga lainnya dan tetangga. Kepanikan paling sering terjadi di Zanzibar, di seluruh pulau Pemba dan di utara dan barat pulau Unguja, termasuk kota Zanzibar. Pada kesempatan lain juga telah dilaporkan di Dar es Salaam dan kota-kota lain di pantai daratan Tanzania.

Sebagai makhluk legendaris, sebuah kisah populer mengatakan bahwa pada tahun 1970 seorang syekh marah dan menciptakan jin untuk membalas dendam pada tetangganya. Syekh ini hilang kendali dan melakukan cara-cara setan. Laporan serangan Popobawa itu pada tahun 1972 di pulau Pemba. Banyak kasus yang terjadi di tahun 80-an, kemudian 1995, 2000 dan 2001. Serangan tampak naik dan turun dengan siklus di Zanzibar seperti serangan tahun 1972.


Penduduk desa menyatakan bahwa Popobawa menjadi marah jika ditolak keberadaannya. Popobawa berbicara kepada sekelompok orang desa di Pemba pada tahun 1971 melalui seorang gadis yang dimiliki oleh rakasa tersebut. Si gadis, yang disebut Fatuma, berbicara dengan suara berat kepada seorang pria dan kemudian penduduk desa mengatakan mereka mendengar suara gemerisik pada atap di dekatnya.

Mjaka Hamad, salah satu korban serangan Popobawa pada tahun 1995, telah menulis penderitaannya kepada media. “Saya bisa merasakannya,” kata Hamad. “… Sesuatu yang menekan saya. Saya tidak bisa membayangkan hal macam apa yang terjadi padaku Anda merasa seolah-olah Anda ingin berteriak." Rasanya seperti mimpi tapi kemudian saya berpikir bahwa ini Popobawa dan ia telah datang untuk melakukan sesuatu yang mengerikan bagi saya, sesuatu yang bersifat seksual. Hal ini lebih buruk dari apa yang dia lakukan bagi wanita. “Hamad mengklaim bahwa ia tidak percaya pada Popobawa atau roh-roh lain sebelum serangan itu dan menunjukkan bahwa itulah alasan ia diserang. “Saya tidak percaya pada roh-roh sehingga mungkin itulah mengapa menyerang saya. Mungkin ia akan menyerang siapa pun yang tidak percaya.” Hingga kini mahluk aneh ini masih merupakan misteri manusia.

Sumber

Nasehat Sunan Bonang dari Buku ‘Het Book van Bonang’





Buku ini ada di perpustakaan / Mesium Leiden, Belanda , yang menjadi salah satu dokumen langka dari jaman Walisongo. Kalau tidak dibawa Belanda, mungkin dokumen yang amat penting itu sudah lenyap.

Buku ini ditulis oleh Sunan Bonang pada abad 15 yang berisi tentang ajaran- ajaran Islam.

Dalam naskah kuno itu diantara nya menceritakan tentang Sunan Ampel memperingatkan Sunan Kalijogo yang masih melestarikan selamatan. ” Jangan ditiru perbuatan semacam itu karena termasuk BIDA’H ”.

Sunan Kalijogo menjawab : “ Biarlah nanti generasi setelah kita ketika Islam telah tertanam di hati masyarakat yang akan menghilangkan budaya tahlilan itu ”.

Dalam buku Kisah dan Ajaran Wali Songo yang ditulis H. Lawrens Rasyidi, dan diterbitkan ‘Penerbit Terbit Terang’ – Surabaya, juga mengupas panjang lebar mengenai masalah ini . Dimana Sunan Kalijogo, Sunan Kudus , Sunan Gunungjati, dan Sunan Muria (kaum abangan), berbeda pandangan mengenai adat istiadat dengan Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Drajat (kaum putihan) .

Sunan Kalijogo mengusulkan agar adat istiadat lama seperti selamatan, bersaji (Sesaji), wayang, dan gamelan, disispkan ajaran Islam.

Sunan Ampel berpandangan lain : “ Apakah tidak mengkhawatirkan di kemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam ? Jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi BID’AH ?

Sunan kudus menjawabnya bahwa ia mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari akan ada yang menyempurnakannya (hal 41, 64) .

Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, dan terutama Sunan Giri, berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan ajaran Islam secara murni, baik tentang aqidah maupun ibadah. Dan mereka menghindarkan diri dari bentuk singkretisme (mencampurkan) ajaran Hindu dan Budha dengan Islam .

Tetapi sebaliknya Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kalijaga mencoba menerima sisa-sisa ajaran Hindu dan Budha di dalam menyampaikan ajaran Islam.



Sampai saat ini budaya itu masih ada di masyarakat kita , seperti sekatenan , ruwatan , shalawatan , tahlilan , upacara tujuh bulanan, dll .

[ Sumber : Abdul Qadir Jailani , Peran Ulama dan Santri Dalam Perjuangan Politik Islam di Indonesia ] , hal . 22-23, Penerbit PT. Bina Ilmu – “NASEHAT SUNAN BONANG”.

Salah satu catatan menarik yang terdapat dalam dokumen “ Het Book van Mbonang ” itu adalah peringatan dari sunan Bonang kepada umat untuk selalu bersikap saling membantu dalam suasana cinta kasih, dan mencegah diri dari kesesatan dan BID’AH.

Bunyinya sebagai berikut : “ Wahai saudaraku..!, Karena kalian semua adalah sama-sama pemeluk Islam, maka hendaklah saling mengasihi dengan saudaramu yang mengasihimu . Kalian semua hendaklah mencegah dari perbuatan sesat dan BIDA’H .

[1] Dokumen ini adalah sumber tentang walisongo yang  dipercayai sebagai dokumen asli dan valid , yang tersimpan di Museum Leiden, Belanda.
Dari dokumen ini telah dilakukan beberapa kajian oleh beberapa peneliti.

 Sumber