Beberapa tahun sebelum meletusnya Perang Dunia I, seorang petani bernama Albert Marr dari Villeria, Pretoria, Afrika Selatan menemukan seekor baboon di pertaniannya. Tertarik akan kecerdasannya ia kemudian memeliharanya dan memberinya nama Jackie. Segera setelah itu keduanya menjadi begitu akrab dan tak terpisahkan. Bahkan saat Albert bergabung dengan Resimen Infantry Afrika Selatan Ketiga (Third South African Infantry Regiment) untuk melakukan tugas-tugas militer bagi negaranya, Jackie pun tidak dapat dipisahkan. Albert membawanya serta untuk berperang.
Karena kecerdasaannya, di sana Jackie menjadi idola di antara para tentara teman-teman Albert. Dan segera setelah ia bergabung Jackie diangkat menjadi maskot resimen. Sebagai maskot resimen, ia memiliki pangkat prajurit dan berhak memakai seragam ketentaraan dan bahkan berhak mendapat jatah ransum makanan seperti layaknya prajurit manusia. Setiap dirinya melihat parade ketentaraan, dia akan langsung berdiri tegak dan memberi hormat dengan sangat sempurna.
Pada bulan Agustus 1915, Jackie, Albert dan resimennya dikirim ke garis depan pertempuran dan selama 3 tahun berikutnya selalu bertempur di garis depan melawan pasukan Turki dan Jerman. Mereka juga pernah ditugaskan ke Mesir waktu itu. Jackie membuktikan dirinya bahwa dia sangatlah berguna di resimennya. Dengan pendengarannya yang tajam ia mampu mendeteksi keberadaan musuh yang jauh, sebelum prajurit-prajurit manusia mengetahuinya. Jika merasa ada sesuatu yang membahayakan ia biasanya akan memberi tanda dengan gonggongan-gonggongan tertentu atau dengan cara menarik-narik pakaian tuannya.
Pada bulan April 1918, resimen mereka dikirim ke wilayah Passchendale di Belgia. Di sana keduanya mendapatkan luka yang cukup serius, terutama Jackie. Saat itu mereka terkepung dan dihujani oleh tembakan musuh, suara ledakan terdengar dimana-mana. Jackie terlihat sedang menumpuk-numpuk batu untuk dijadikannya perlindungan, yang sayangnya tidak pernah terselesaikan. Satu ledakan terjadi di dekatnya dan sebuah pecahan peluru meriam menghantam kaki kanannya dengan hebat. Pecahan yang sama juga menciderai Albert. Dengan segera keduanya dibawa ke kamp palang merah milik tentara Inggris, dan di sana kaki Jackie diamputasi. Berikut ini adalah kesaksian Dr RN Woodsend, dokter yang mengamputasi kaki Jackie.
"Kami memutuskan untuk memberi Jackie kloroform (semacam obat bius) dan membalut lukanya. Jika dia harus mati, mungkin mati dalam keadaan terbius akan lebih baik. Dan karena saya belum pernah memberi obat bius kepada siapapun sebelumnya, saya pikir hal itulah yang kemungkinan besar akan terjadi. Namun dalam waktu singkat ia kemudian meminum kloroform tersebut seolah-olah itu adalah whisky. Yang dapat saya lakukan waktu itu hanyalah sekedar mengamputasi kakinya dan membalutnya sebaik mungkin."
Nyatanya Jackie dapat pulih kembali walapun kehilangan kaki kanannya. Dan sesaat sebelum gencatan senjata, Jackie dipromosikan menjadi Kopral dan mendapatkan penghargaan medali untuk keberaniannya. Jackie mati di tahun 1921 dan dikuburkan oleh tangan tuannya sendiri.