Selama ini, kita banyak mendengar kisah pengakuan hidup dari seorang transeksual yang berganti kelamin. Mereka bercerita soal pandangan hidup, perjuangan hingga respon negatif maupun positif yang diterima dari orang-orang di sekitarnya. Namun jarang sekali yang menceritakan respon orang-orang terdekatnya, seperti pasangan hidup, orangtua hingga anaknya.
Sabine Bartlett, remaja 16 tahun dari Somerville, Massachusetts, adalah putri dari seorang wanita yang memutuskan untuk mengganti kelamin menjadi pria. Ia berbagi curahan hatinya kepada stasiun TV ABC News tentang 'rasa kehilangannya' terhadap ibunya.
Semua bermula 3 tahun lalu saat dirinya pulang dari liburan dari rumah ayahnya. Ibunya mengajaknya mengobrol di teras rumah dan mengatakan bahwa ia akan menjalani sebuah transisi. Ibunya yang telah bercerai sejak 10 tahun lalu menjelaskan bahwa transisi yang dimaksud adalah transisi gender.
"Sulit sekali menerima perubahan yang begitu besar dan cepat dari orang terdekatmu," ujar Sabine yang kini sadar mengapa ibunya tak pernah terlihat feminin. "Awalnya merasa kehilangan, namun setahun kemudian aku melihat ibuku terlihat bahagia," tambahnya.
Walaupun dirinya telah menerima jati diri ibunya yang baru, beda dengan teman-teman seumurannya. Bahkan suatu saat, temannya mengatakan bahwa jika orangtuanya melakukan hal sebesar itu, ia memilih untuk tidak mengakuinya sebagai orangtua lagi.
Adik Sabine yang berusia 6 tahun juga mengalami kesulitan tersendiri menghadapi ibunya yang kini berubah menjadi sosok pria. Ia ingat saat ibunya mengatakan kepadanya: "Ada beberapa pria spesial yang tak dilahirkan sebagai pria, dan wanita spesial yang tak dilahirkan sebagai wanita."
Faktanya, 38% dari 750,000 orang transgender di Amerika adalah orang yang telah memiliki anak. Sabine pun lama kelamaan menyadari bahwa dari sekian banyak orang yang memberikan saran atau kritik tentang orangtuanya, ia menyadari bahwa orangtuanya tetap orang yang melahirkannya ke dunia ini, dan iapun bahagia jika melihat ibunya kini lebih bahagia.
sumber
sumber