Putri Duyung dan Si Itik Buruk Rupa, siapa yang belum tahu dongeng milik Hans Christian Andersen itu? Di Denmark, traveler bisa datang ke Andersen Museum, untuk bertandang ke rumah sang raja dongeng dunia.
Ini adalah rumah tempat pendongeng terkenal, Hans Christian Andersen, menghabiskan masa kecilnya. Sekarang rumah mungil di Kota Odense, Denmark, ini disulap menjadi Anderson Museum yang memuat karya dan kisah kehidupan dirinya.
Bagian luar Andersen Museum (denmark.net) |
Dari luar, bangunan itu tampak seperti rumah biasa. Ukurannya mungil, warnanya kuning muda, beratap genteng warna cokelat kemerahan. Layaknya rumah-rumah di sekitarnya, rumah yang satu ini juga punya papan nama. Papan inilah yang membuat mata wisatawan melirik penasaran, hingga akhirnya masuk ke dalamnya.
"Andersen Museum", begitu tulisan di papan berwarna cokelat muda, serasi dengan warna dinding rumah itu. Rasanya tak mungkin pecinta dongeng lupa akan nama itu.
Patung Hans Christian Andersen di Kota Odense, Denmark (thetourexpert.eu) |
Hans Christian Andersen adalah seorang penulis novel, juga kisah dongeng seperti Putri Duyung (The Little Mermaid) dan Si Itik Buruk Rupa (The Ugly Ducking). Walaupun dua karya itu tersohor di kalangan anak-anak, sebenarnya Anderson menciptakan kisah itu untuk orang dewasa. Betapa tidak, akhir kedua kisah itu sebenarnya tragis.
Kira-kira itulah yang diceritakan dalam Andersen Museum. Ada alasan khusus mengapa rumah mungil ini jadi yang terpilih sebagai museum. Ini adalah rumah tempat Andersen menghabiskan waktu kecilnya. Sebuah rumah sewaan yang diisi oleh keluarganya.
Odense, kota mungil tempat Andersen menghabiskan masa kecil (igougo.com) |
Andersen bukan berasal dari keluarga yang berada. Hal itu tercermin lewat kondisi rumah dan perabotan yang masih terjaga keasliannya. Rumah itu mewakili perjuangan keluarga Andersen dalam memerangi kemiskinan. Ayahnya adalah seorang pekerja, sementara Ibunya seorang penjahit. Keduanya banting tulang untuk menghidupi Andersen dan kedua saudaranya.
Museum ini tak ubahnya benda hidup yang menggambarkan perjuangan Andersen. Dibuka pada 1908 (Andersen lahir pada 1805 dan meninggal pada 1875), museum ini seakan terperangkap zaman. Sosok sang pendongeng kondang ini diceritakan secara lengkap lewat koleksi tulisan, gambar, foto, juga beragam dokumen tentangnya.
Beberapa mainan kesukaan Andersen juga dipajang, mewakili kehidupan masa kecilnya. Mengutip buku "1001 Historic Sites You Must See Before You Die", Andersen tinggal di rumah ini hingga 1819. Di umur 14, Anderson pindah ke Copenhagen untuk mencari peruntungan.
Setelah tiga tahun berjuang dengan kemiskinan di ibukota Denmark itu, akhirnya Andersen bertemu Jonas Collin. Ia adalah direktur Royal Theater. Naskah tulisannya mulai dilirik hingga Andersen merilis buku dongeng pertamanya pada usia 30. Setelah itu, karirnya semakin menanjak.
Kisah itu juga bisa Anda telusuri di Andersen Museum. Ini adalah tempat wisatawan mengenal sosok Andersen yang karangannya tersohor di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Walaupun, kisah Putri Duyung sebenarnya tidak berakhir bahagia. Kisah Si Itik Buruk Rupa juga berakhir tragis.
Ya, kunjungi saja museum ini kalau penasaran dengan kisah dongeng aslinya!