Dalam sebuah bingkai yang terpajang rapi di bekas penjara Bung Karno, terpampang kalimat yang diungkapkan oleh sang Proklamator:
“Koe korbankan dirikoe di penjara ini demi Bangsa dan Negarakoe Indonesia..”
Mengenal lebih jauh tentang sosok proklamator ini memang selalu menarik. Keberanian dan ketegaran serta keteguhannya agar negara ini merdeka dan mandiri dari bangsa penjajah tetap tak bergeming di dalam sanubarinya, keinginannya untuk merdeka adalah suatu yang mutlak.
Belum lagi masalah rakyatnya yang berasal dari beranekaragam kebudayaan, agama, suku dan ideologi, membuat ia selalu berfikir bagaimana caranya untuk dapat memepersatukan mereka semua?
Tidak banyak masyarakat Indonesia yang tahu disaat sang proklamator sedang sendirian di dalam bui dengan ruangan sempit dan lembab itu.
Karena disaat itu dipastikan belum ada media seperti saat ini, apalagi saat itu Indonesia juga masih dijajah. Maka, semua jalan hidup itu beliau jalani demi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Untuk itu, mari kita sedikit agar lebih mengetahui, bagaimana keadaan dan kondisi penjara the founding father sang proklamator pendiri Indonesia ini.
Penjara Soekarno Jalan Banceuy Bandung
Dedikasi dan pengorbanan Presiden Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tak diragukan lagi. Dalam sebuah bingkai yang terpajang rapi di bekas penjara Bung Karno yang berada di pusat kota Jalan Banceuy, Bandung, terpampang kalimat yang diungkapkan Bung Karno “Koe korbankan dirikoe di penjara ini demi Bangsa dan Negarakoe Indonesia.”
Ada juga bendera merah putih berukuran besar menutupi salah satu sudut ruang. Sudut lain atau berhadapan dengan pintu dua gambar Soekarno melekat pada dinding. Di atas dua foto itu, ada ukiran Garuda dan teks Pancasila.
Bendera merah putih tampak di sel tahanan presiden Sukarno di Penjara Banceuy
Bekas penjara Bung Karno berwarna hijau ini masih dibuat seperti dulu ketika Bung Karno ditahan Pemerintah Belanda.
Hanya tembok yang sebelumnya sudah mulai mengelupas kini dipoles agar lebih tampak indah. Bangunan kecil berukuran 2×5 meter ini tampak bersih.
Pintu kokoh berwarna hitam yang diberi ruang lihat, juga masih kekar. Bahan yang terbuat dari baja lengkap dengan kunci-kuncinya.
Di luar ruangan, ada sebuah tugu batu. Tugu batu tersebut adalah bekas kamar mandi Bung Karno.
Selain itu ada pula sebuah pondasi yang rencananya akan dibuat patung Soekarno diatasnya. Tiga tugu tersebut berada dalam satu kotak yang dipagari oleh warga sekitar.
Ahmad (47) Ketua RT 03 RW 03 Kelurahan Braga setempat, adalah juru kunci penjara tersebut, ia mulai diberi kepercayaan menjaga ini pada tahun 1986.
Ada juga bunga sedap malam diruang itu. Fungsinya sekedar untuk mengharumi ruangan agar tak bau lembab. Namun ia menegaskan ini hanya sekedar penghormatan kepada sang Proklamator dan pemeliharaan bangunan bersejarah serta demi kenyamanan pengunjung. “Jika bukan kita yang memelihara jadi siapa lagi? Dan jangan ada musyrik dengan meminta-minta sesuatu disini,” tegasnya.
Sedikit melihat sejarah ke belakang, bahwa bekas penjara Banceuy ini hanyalah sisa dari perjuangan rakyat Indonesia. Saat itu penjara Banceuy sempat terkenal dan menjadi salah satu saksi sejarah, di mana sang proklamator pernah mendekam pada tahun 1929 sampai 1930, sebagai tahanan politik dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Saat itu Bung Karno yang menjabat sebagai ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) dianggap membahayakan pemerintah Belanda. Maka beliau bersama tiga orang rekannya dikenakan jerat hukum yang terkenal dengan nama pasal-pasal karet atau haatzai artikelen.
Bung Karno saat itu dirasa membahayakan hingga akhirnya dipindahkan ke Lapas Sukamiskin. Disana Bung Karno ditahan di Ruang TA 01 di lantai 2.
Tak Ada Bantuan Dari Pemerintah Pusat dan Daerah
Hingga kini, tak ada pihak yang peduli hingga akhirnya dia menggalang dana dari warga sekitar. Pemerintah dia anggap hanya pengumbar janji. Beberapa kali menyodorkan bantuan untuk membenahi bangunan bersejarah tersebut, tidak pernah ditanggapi.
Miris melihat sejarah Indonesia terbengkalai, perbaikan dilakukan Februari 2012 lalu. Dana Rp. 20 juta justru didapat dari hasil swadaya dan donator. Pembenahan dilakukan agar orang tahu, bahwa di tempat ini sang Proklamator Indonesia berjuang.
Soekarno Muda
“Kalau mengandalkan pemerintah kapan mau dapatnya, tidak ada sama sekali sekecil apapun bantuan dilakukan,” ungkapnya.
Padahal menurutnya jika melihat sejarah, Bung Karno memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sejak di sini.
“Sudah banyak yang tidak peduli, padahal jika ada anggarannya saya ingin jadikan ini sebagai tempat wisata sejarah. Jadi orang tak sungkan masuk ke sini”, jelas Ahmad.
“Kalau sekarang kondisinya kaya gini, gimana orang mau tahu kalo di sini ada bekas penjara Bung Karno?,” tambahnya.
Karena jika ke makam Bung Karno di Blitar terlalu jauh, maka tak jarang memang ada tokoh-tokoh mendatangi bekas penjara Bung Karno ini. Sebut saja Rieke Diah Pitaloka, Megawati Soekarnoputri, Haji Isha, dan Seto Mulyadi.
“Beliau sudah beberapa kali datang kesini. Menengok dan mendoakan,” ujarnya. Namun tak sedikit juga orang yang hendak berjuang dalam pemilu, mendatangi tempat ini. “Tahun 2008 kemarin banyak sekali yang datang, pasti nanti jelang pemilihan pasti banyak juga,” jelasnya.
Melalui perjalanan panjangnya, kini Ahmad yang merasa sudah mengabdikan diri kepada tempat tersebut berjuang untuk mempertahankan sisa sejarah yang ada. Menurutnya banyak kebijakan pemerintah ini yang tidak berpihak kepada sejarah.
Demi uang, sejarah dikorbankan. Hingga akhirnya sebuah penjara yang memiliki nilai historis sangat tinggi pun kalah dan digantikan dengan sebuah pertokoan yang kini malah tak berfungsi!
Sumber