Unik

Menyingkap Jaringan Intelijen Rothschild di Indonesia

Ketika mendengar kasus penyadapan News of the World (NOW), grup media milik raja media Rupert Murdoch terhadap elit-elit di negeri Britania Raya, seorang teman berkata, aksi penyadapan dalam berbisnis merupakan salah satu gaya khas pengusaha Yahudi.

Saya tidak ingin menjadi rasis, tapi begitu mendengar adanya kasus penyadapan jaringan komunikasi grup Bakrie, Borneo Lumbung dan Recapital oleh Nat Rothschild, mungkin perkataan teman saya itu ada benarnya.

Tiba-tiba saya teringat heboh perusahaan Israel bernama Amdocs Limited yang ditunjuk untuk menangani sistem transaksi Telkomsel. Amdocs Limited yang berkode saham DOX di bursa saham New York (NYSE) ini adalah bagian dari Aurec Group milik triliuner Yahudi, salah satu dari 10 orang terkaya di Israel yakni Morris Kahn.

Pada Juni 2000, Washington Post pernah melaporkan skandal luar biasa yang dilakukan Amdocs Limited. Perusahaan berbasis hukum Israel ini melakukan penyadapan terhadap jaringan komunikasi Gedung Putih. Menurut riwayat Richard H Curtiss, sang jurnalis yang menelusuri skandal tersebut, Amdocs bekerja sama dengan Mossad untuk mengambil data-data penting untuk keperluan operasi Mossad. Amdocs Limited juga menjadi pihak yang ditunjuk untuk menangani sistem transaksi billing CIA.

Spekulasi yang beredar, Amdocs juga melakukan aksi penyadapan yang sama terhadap para pengguna Telkomsel, seperti yang dilakukan Amdocs terhadap Gedung Putih dan CIA.Kembali ke topik utama, dalam melakukan bisnisnya di Indonesia, Nat Rothschild, putra dari Sir Jacob Rothschild, generasi ke 5 dari Nathanael Rothschild yang kesohor di Eropah tahun 1.800-an, juga melakukan aksi penyadapan.



Amdocs Israel Limited (sumber: newsfollowup.com)

Menteri Kominfo Tifatul Sembiring kemarin membenarkan adanya aksi penyadapan tersebut, dan operasi penyadapan itu dilakukan di Indonesia. Pihak kepolisian RI pun kini tengah melakukan penelusuran terhadap aksi sadap tersebut.

Pertanyaannya kemudian, siapa pihak-pihak yang konon digunakan oleh Rothschild untuk melakukan penyadapan tersebut? Apakah Rothschild menggunakan agensi intelijen swasta digital asing atau domestik?

Informasi yang saya terima dari kantor intelijen swasta di Dubai mengatakan, Nat Rothschild bersama ayahnya Sir Jacob Rothschild merupakan pemegang saham di sebuah perusahaan intelijen digital yang beroperasi di UK, Eropa dan AS bernama Dilligence LLC. Keluarga Rothschild mengakuisisi Dilligence LLC dari Richard Burt pada tahun 2006.

Dilligence LLC dikatakan sumber dari Dubai tersebut berisi mantan para petinggi M15 dan M16. Sudah menjadi mekanisme umum jika mantan para petinggi intelijen suatu negara menghabisan masa pensiun dengan mendirikan konsultan atau agensi intelijen swasta.

Informasi dari sumber Dubai tersebut mengatakan, Dilligence LLC diberikan 2 project utama yang disebut sebagai Project Archie dan Project Cookie. Project Archie (Archipelago = Indonesia) merupakan bagian dari project keluarga Rothschild untuk masuk ke Indonesia, sedangkan Project Cookie merupakan project keluarga Rothschild untuk masuk ke Libya.

Perlu diketahui bahwa keluarga Rothschild telah membangun hubungan istimewa dengan Khadafi yang rupanya ada udang di balik batu. Bank Sentral Libya selama pemerintahan Khadafi berada di bawah kekuasaan Libya sepenuhnya. Namun segera setelah kejatuhan Khadafi, salah satu desakan utama pemerintahan transisi Libya adalah melakukan swastanisasi / independensi Bank Sentral Libya.

Hmm.. Bisnis bank, bukankah sangat berbau Rothschild? Memang santer terdengar bahwa keluarga Rothschild adalah salah satu donatur utama pemberontak Libya dan pemberi dana utama swastanisasi Bank Sentral Libya.

Sayangnya, agensi intelijen swasta asal Dubai tersebut kurang mengetahui detil aktivitas Dilligence di Indonesia. Untungnya, rekanan saya di kantor intelijen swasta Singapura memberikan informasi yang lebih detil mengenai aktivitas Dilligence LLC di Indonesia.

Menurut sumber Singapura itu, Rothschild melalui Dilligence LLC menggunakan jasa Kevin O’Rourke (berkebangsaan AS) sebagai kontak utama untuk melakukan aksi intelijennya di Indonesia. Kevin O’Rourke adalah pimpinan redaksi Reformasi Weekly, sebuah media berisi informasi inteijen dan analisa pemberitaan mengenai politisi, pebisnis, tokoh nasional dan organisasi. Pelanggan Reformasi Weekly adalah LSM dan perusahaan asing yang berdomisili di Indonesia, serta kantor-kantor kedutaan.

Portofolio Kevin O’Rourke cukup banyak. Menurut sumber Singapura itu, Kevin O’Rourke pernahmembantu perusahaan Australia menjebloskan CEO PT Pupuk Kaltim Omay Wiraatmadja ke penjara di tahun 2007 dengan tuduhan korupsi membebankan biaya pribadi ke perusahaan. Kevin juga disebut terlibat dalam menciptakan skandal CEO PLN Eddie Widiono ke penjara atas rekayasa tuduhan pembelian genset bekas untuk keperluan PON.

Portofolio lain Kevin adalah merekayasa kasus korupsi Bagir Manan untuk menjatuhkannya dari jabatan Ketua Mahkamah Agung, menjatuhkan kredibilitas CEO Bank Mandiri Agus Martowardoyo agar tidak menjadi Gubernur Bank Indonesia melalui penyadapan SMS bahwa Agus menawarkan suap Rp 100 juta kepada anggota DPR dan sebagainya.

Dalam kerjasamanya dengan Dilligence LLC, Kevin O’Rourke kemudian mengajak Edouard Helfand (berkebangsaan Perancis) yang tercatat sebagai pemilik Integrity Indonesia. Melalui Edouard Helfand ini, dikatakan agensi Singapura itu, Dilligence LLC kemudian juga mengajak Anthony Zboralski (berkebangsaan Polandia), salah satu hacker jagoan yang sempat ditangkap FBI dan diusir dari AS. Anthony tinggal di Indonesia selama 10 tahun terakhir dan berkantor di Gedung Cyber II, Kuningan, Jakarta (PT Bellua Asia Pacific).

Quote:
Tugas utama tim Kevin - Edouard - Anthony ini adalah menyelidiki sejumlah perusahaan besar di Indonesia yaitu grup Djarum, grup Tirtamas, grup Indika, grup Bank Mandiri, BNI, grup Bakrie, Aneka Tambang, Freeport, Newmont dan sebagainya.
Jika dari daftar perusahaan yang ditelusuri Rothschild melalui Dilligence LLC, terlihat jelas sasaran utama Rothschild adalah mengetahui gambaran, perilaku dan mekanisme bisnis tambang dan perbankan di Indonesia. Dua bisnis yang memang sangat lekat dengan konsentrasi bisnis keluarga Rothschild sejak 2 abad lalu.

Sasarannya, tentu saja menguasai aset-aset tambang di Indonesia, yang saat ini tengah menjadi primadona dunia, khususnya pasca krisis ekonomi global tahun 2008. Bisnis tambang Rothschild, yaitu Rio Tinto dan BHP Biliton memang tengah kesulitan akibat penurunan daya beli dari konsumen mereka (negara-negara Barat) akibat krisis. Wajar jika Rothschild kemudian membidik penguasaan aset-aset tambang di Indonesia untuk kemudian diintegrasikan dengan bisnis tambang milik keluarga Rothschild. Tentunya untuk mengurangi kompetisi di tingkat perusahaan-perusahaan tambang berskala global, agar bisa mengatur harga komoditas global. Tanpa penguasaan aset-aset tambang di Indonesia, cepat atau lambat, keluarga Rothschild akan kehilangan kekuasaan untuk mengatur harga komoditas global.

Apakah upaya Rothschid menguasai aset-aset tambang di Indonesia bisa berhasil?

Bagaimanakah kelanjutan penelusuran pihak berwajib atas aksi-aksi penyadapan Rothschild ini?

Mari kita simak kelanjutannya.

SUMBER

Post a comment

Next Post
Posting Lebih Baru
Previous Post
Posting Lama