Pada tahun 1880an, di Rusia, satu makhluk perempuan serupa Bigfoot
pernah ditangkap hidup-hidup. Ia kemudian hidup di tengah-tengah
masyarakat dan melahirkan anak-anak dari manusia. Makhluk ini bernama
Zana dan masih menjadi salah satu teka-teki cryptozoology yang
membingungkan.
Kisah ini berasal dari wilayah Abkhazia di Georgia, Rusia, dan
diceritakan oleh Dmitri Bayanov, seorang hominolog, dalam bukunya yang
berjudul "In the Footsteps of the Russian Snowman".
Di wilayah itu, makhluk seperti Zana disebut dengan nama Abnuaaya. Tidak
jelas bagaimana Zana bisa ditangkap pada awalnya. Beberapa laporan
menyebutkan para pemburu tanpa sengaja bertemu dengannya dan segera
menangkapnya. Laporan lain menyebutkan bahwa para penduduk lokal yang
memang mengetahui adanya makhluk seperti Zana telah mengirim para
pemburu untuk menangkapnya.
Tapi, paling tidak kita mengetahui bahwa Zana benar-benar tertangkap dan
akhirnya menjadi milik seorang bangsawan bernama Edgi Genaba.
Bentuk tubuh Zana tidak seperti manusia biasa. Ia memiliki badan yang
lebih tinggi dan dipenuhi dengan rambut-rambut berwarna hitam kemerahan
yang memenuhi kepala hingga kaki. Ia juga memiliki bahu lebar dan otot
yang kekar. Kulitnya berwarna gelap, jari-jari kaki dan tangannya lebih
panjang dan besar dibanding manusia pada umumnya.
Zana tidak dapat berbicara. Selama puluhan tahun hidup di tengah
manusia, Zana tidak pernah bisa belajar bahasa Abhkaz. Ia hanya
mengeluarkan suara-suara keluhan dan menangis ketika sedih atau marah.
Ketika pertama kali ditangkap, para pemburu memberikannya kepada kepala
wilayah Zaadan bernama DM Achba. Lalu Achba memberikannya kepada salah
seorang pegawainya yang bernama Chelokua. Chelokua kemudian
memberikannya kepada Edgi Genaba yang berkunjung ke wilayah itu. Genaba
merantai Zana dan membawanya ke desa Tkhina di dekat sungai Mokva, 78
kilometer dari Sukhumi.
Pada mulanya, Genaba menolak memberikannya makan dan hanya mengurung
Zana di dalam kerangkeng karena sikapnya yang seperti hewan buas. Namun
setelah Zana menunjukkan sikap yang baik, Genaba mulai memberikannya
makan. Setelah tiga tahun, Zana menunjukkan sikap yang semakin jinak
sehingga Genaba memindahkannya ke tempat yang lebih besar dengan pagar.
Setelah beberapa lama, Zana dibiarkan bebas tanpa dikurung.
Setelah dilepas, Zana tidak pernah berusaha melarikan diri.
Bertahun-tahun Zana tinggal di desa itu, ia tidak menunjukkan adanya
perubahan berarti pada wajahnya. Giginya masih lengkap dan kekuatannya
tidak berkurang. Ia bisa berenang menyeberangi sungai Mokva dengan
mudah, bahkan ketika air naik dan arusnya deras.
Penduduk desa juga melaporkan bahwa Zana dengan mudah dapat mengangkat
sebuah karung berisi 80 kg tepung dengan mudah. Karena itu, Zana
akhirnya dilatih untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan manusia seperti
menggiling tepung dan mencari kayu bakar.
Lalu, suatu hari, peristiwa yang tidak disangka terjadi. Zana
hamil. Tidak ada satupun pria yang mengakui sebagai pihak yang
bertanggung jawab.
Konon, Zana melahirkan anak-anak dari beberapa pria yang berbeda. Ia
melahirkan anak-anaknya tanpa bantuan siapapun dan selalu membersihkan
bayinya yang baru lahir di sebuah mata air. Akibatnya, semua bayinya
tersebut tidak dapat bertahan hidup dan mati karena terkena air dingin.
Jadi, ketika Zana kembali melahirkan, para penduduk desa yang peduli
membawa bayinya pergi dan membesarkannya. Empat bayi dibawa pergi oleh
penduduk, dua laki-laki dan dua perempuan. Keempat anak ini berhasil
hidup dan bertumbuh seperti manusia pada umumnya.
Memang, keempat anak ini disebut memiliki fisik yang sedikit berbeda
dengan manusia pada umumnya, namun mereka tidak mengalami kesulitan
untuk beradaptasi dengan penduduk lainnya.
Putra tertuanya bernama Dzhanda dan putra keduanya bernama Khwit. Putri
tertuanya bernama Kodzhanar dan putri keduanya bernama Gamasa. Khwit
meninggal pada tahun 1954. Sedangkan keturunan-keturunan mereka masih
hidup dan tersebar di seluruh wilayah Abkhazia hingga sekarang.
Gamasa dan Khwit memiliki fisik yang kuat. namun penampilan mereka sudah
jauh berbeda dari Zana. Sepertinya penampilan fisik dari ayahnya lebih
dominan pada mereka berdua. Khwit meninggal pada usia sekitar 65-70
tahun. Ia disebut sebagai seorang yang gampang marah dan sering mengajak
berkelahi para penduduk lain. Bahkan tangan kanannya menjadi cacat
akibat salah satu perkelahian itu.
Ada rumor yang beredar bahwa ayah Khwit dan Gamasa sebenarnya
adalah Edgi Genaba sendiri, namun pada catatan sensus, kedua anak itu
diberi nama keluarga Sabekia. Rumor ini mungkin berkembang karena Zana
dikuburkan di pekuburan keluarga Genaba dan kedua anak Zana turut
dibesarkan oleh istri Genaba.
Pada September 1964, arkeolog VS Orelkin dan Dmitri Bayanov yang
tertarik dengan misteri ini berusaha menemukan kembali kuburan Zana.
Namun karena semua keturunan klan Genaba telah meninggal, tidak ada yang
dapat menunjukkan secara pasti letak kuburan Zana. Para arkeolog
tersebut hanya dapat menemukan kuburan Khwit. Tengkorak Khwit lalu
dibawa ke Moskow untuk diteliti lebih lanjut.
Antropolog MA Kolodieva membandingkan antara tengkorak Khwit dengan
tengkorak pria lainnya yang juga berasal dari Abkhazia dan menemukan
perbedaan yang sangat signifikan dalam ukurannya. Lihat foto
perbandingan di bawah ini.
Walaupun kisah ini terdokumentasi dengan baik, namun banyak pertanyaan yang masih belum bisa terjawab dengan sempurna.
Sumber