Unik

Festival Unik Membelai Kumis di Jepang


Sawara, sebuah kota di Chiba yang terkenal untuk tempat tamasya dan sejumlah kuil yang terkenal, menjadi tuan rumah salah satu festival paling aneh di seluruh Jepang. Termasuk di dalam festival ini adalah membelai kumis dan minum sebanyak-banyaknya.

Festival ini diberi nama Higenade-Matsuri (festival membelai kumis), salah satu festival yang diadakan di Kuil Katori. Ini menandai pergantian penjaga kuil yang terjadi setiap tahunnya. Awalnya, festival ini dilakukan utuk menandai penyerahan dari satu keluarga ke keluarga lainnya, namun sekarang dilakukan hanya dari satu kelompok ke kelompok berikutnya.


Membelai Kumis

Peserta duduk saling berhadapan mengenakan pakaian formal. Terdapat empat belas penjaga tahun lalu dan empat belas orang yang akan mengambil alih. Setiap orang memiliki kumis yang sangat tebal di atas bibir mereka.Para peserta menumbuhkan kumis mereka berbulan-bulan sebelum festival diadakan. Bagi mereka yang tidak mampu atau tidak mau menumbuhkan kumis, kini mereka dapat menggunakan kumis palsu.

Semangkuk besar sake ditempatkan di tengah-tengah kelompok. Pada waktu yang ditentukan, kedua kelompok peserta datang bersamaan di mana mereka saling membelai kumis orang di hadapannya. Sake pun kembali datang dalam kuantitas yang sama.

Membelai kumis dalam acara itu adalah semacam tantangan untuk minum lebih banyak. Seolah-olah mereka berkata, ‘Ayo, jika Anda cukup jantan untuk memakai kumis tebal seperti itu, tentu Anda dapat minum terus dari mangkuk berikutnya!’

Quote:
Higenade-Matsuri telah ada berabad-abad lamanya, membuktikan sebuah fakta bahwa bangsa Jepang kuno memiliki rasa humor aneh yang sama seperti yang diamati oleh bangsa Barat terhadap bangsa Jepang saat ini. Budaya ini dimulai sekitar 800 tahun yang lalu di Era Kempo yang berlangsung pada tahun 1213 hingga tahun 1219. Tujuan dari minum-minum dan membelai kumis dalam festival ini adalah untuk berdoa demi panen yang baik dan kesejahteraan dari keturunan para peserta. Tapi saat ini, festival ini terlihat hanya seperti mencari-cari sebuah alasan untuk bermabuk-mabukan saja.

Lebih dari sekedar membelai kumis

Sawara adalah salah satu dari banyak tempat yang disebut Edo Kecil yang mempertahankan citarasa Jepang lama. Dulu Sawara merupakan pusat perdagangan dan seni di daerah Chiba utara. Daerah ini terletak di sepanjang sungai Tone, sungai terbesar kedua di Jepang, yang digunakan untuk pergi langsung menuju ibukota namun sejak saat itu telah dialihkan untuk mencegah banjir.

Sekarang, festival ini merupakan salah satu penarik perhatian yang paling mengagumkan untuk para turis yang sedang bertamasya. Jalan-jalan tua berliku berjajar dengan toko-toko yang menjual kerajinan tradisional dan makanan ringan dan hal itu benar-benar membuat Anda merasa sedang berada di suatu tempat dalam sebuah set film.Ada juga tur perahu wisata yang dapat Anda nikmati, memberikan pemandangan kota dari sudut pandang yang unik.

Kuil Katori adalah kuil utama di daerah itu dan dikunjungi oleh puluhan wisatawan bahkan ketika sedang tidak ada festival membelai kumis.
Dengan kata lain, ada banyak hal yang dapat dilakukan di sana selain menonton beberapa orang dengan kumis lucu sedang minum-minum. Namun jika Anda ingin pergi ke sana untuk menyaksikan sebuah festival khas Jepang yang mungkin dapat dikatakan paling aneh, festival itu diadakan di bulan Januari setiap tahunnya.

Sumber

Ada Klub S*x di Gangnam Korsel

Sebuah klub di Gangnam, wilayah selatan Seoul, Korea Selatan, menggemparkan publik lantaran perilaku seksual aneh para anggotanya. Mereka terlibat dalam kelompok s*x, saling bertukar pasangan, sementara anggota lainnya menikmati minuman dan menonton adegan demi adegan persetubuhan.


Berdasarkan Kepolisian Gangnam, lokasi klub yang bernama Couple Theme Club itu terletak di Nonhyeon-dong, dan terbuka untuk anggota eksklusif yang mendaftar lewat situs internet mereka. Situs tersebut kini telah ditutup lantaran pengunjungnya yang membludak. Namun kabar mengenai klub tersebut terus beredar secara maya, dan sejumlah pewarta warga (netizen) mendesak dilakukannya penutupan terhadap klub tak bermoral itu. Demikian seperti dikutip dari Korean Times

Untuk memasuki klub, pengunjung harus melewati penjaga keamanan yang memeriksa keanggotaan serta barang bawaan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah para anggota membawa kamera atau camcoder. Tertulis dalam laman internet klub itu, "Kami menantang segala tabu dalam s*x".

Pemilik klub itu juga menegaskan kegiatannya adalah sah. "Berdasarkan kuasa hukum, ini adalah sah karena aktivitas dilakukan di ruangan yang diisolasi dan didasarkan atas para partisipan," ujar pemilik yang diposting di laman situsnya.







SUMBER

5 Monster Menurut Injil Kuno

Saat ini dunia monster mungkin sudah dianggap tidak lagi ada. Sosok monster hanya ada dalam cerita fiksi karangan manusia. Apabila, ada seseorang mengatakan bahwa dia pernah melihat sosok monster, bisa dipastikan orang itu telah berbohong. Karena, kebanyakan orang zaman sekarang menganggap sosok monster hanyalah halusinasi orang-orang kuno.

Namun, ternyata sosok monster termaktub dalam injil kuno. Monster-monster yang dimaksud dalam alkitab merupakan sesosok makhluk yang terus-menerus berusaha menyesatkan manusia ke jalan yang salah. Apa saja monster-monster tersebut? Yuk, baca artikel
The Behemoth


Behemoth digambarkan sebagai makhluk raksasa berekor besar. Para kreasionis mengklaim bahwa Behemoth itu sebenarnya dinosaurus pada zamannya. Dalam tradisi Yahudi, Behemoth digambarkan sebagai makhluk raksasa yang keluar dari bumi dan menjadi simbol kekacauan dunia.


The First Beast


The First Beast merupakan monster yang disebut pertama kali dalam alkitab, makhluk ini digambarkan sebagai makhluk rakasa dengan tujuh kepala dan sepuluh tanduk yang naik dari laut. Ia juga memiliki kaki beruang, mulut singa, dan penampilan umum dari macan tutul. Teolog dan sarjana Alkitab telah menafsirkan ini sebagai binatang yang melambangkan segala sesuatu dari Kepausan Kaisar Romawi Nero.


Unicorns


Dalam alkitab kuno, unicorn digambarkan sebagai makhluk berbentuk kuda putih yang mempunyai satu tabduk di kepalanya. Beberapa bahkan ada yang menggambarkan unicorn mempunyai sayap sehingga ia dapat terbarng. Makhluk mitologi ini merupakan monster dalam injil kuno yang populer di masa kini karena sering dijadikan tokoh dalam animasi dan kartun.


Abaddon’s Locusts


Abaddon’s Locusts adalah monster yang diperintahkan untuk memerangi dan menyesatkan manusia. Bentuk makhluk ini menyerupai kuda perang, memiliki ekor mirip kalajengking, wajah pria, rambut panjang seperti wanita, dan memakai mahkota dari emas dan lapis baja. Ekor Abaddon’s Locusts digunakan untuk menyengat korban-korban mereka.


The Dragon


The Dragon yang kita kenal adalah seekor makhluk mitologi China yang berbentuk ular yang mempunyai kaki. Namun dalam alkitab kuno, makhluk ini digambarkan memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk . Ia juga memiliki ekor yang mampu menyapu sepertiga bintang-bintang dari langit. Para penerjemah alkitab menganggap bahwa makhluk ini adalah iblis yang melawan tuhan dan di masukkan ke dalam neraka.

Sumber

Mewahnya Makam Para Bos Mafia Rusia

Siapa yang tidak kenal dengan organisasi kejahatan terorganisir yang beken dengan sebutan mafia?

Banyak yang bertanya-tanya mengenai kehidupan para boss mafia. Mereka ini sejatinya dapat dikenali dari penampilan dan gaya hidupnya yang supermewah dan borju mulai dari mobil dan tempat tinggalnya.

Bahkan walau sudah meninggal pun mereka "masih" memamerkan kemewahannya. Di pinggir kota Yekaterinburg terdapat sebuah pemakaman khusus untuk para mafia. Makam mereka amat mewah. Nisannya besar-besar dan imporan, bergambar almarhum yang gagah dengan latar belakang gambar harta mewahnya.

Banyak para bos mafia yang dimakamkan disini.

Mereka ini hanya dua dari beberapa bos mafia yang dimakamkan disitu


Bahkan 3 pengawal mereka pun diberi tempat istirahat akhir yang terhormat

Mafia memang ditakuti, tapi dari makam tersebut nampaknya kita bisa tahu bahwa kehidupan mereka tidak serta merta tersembunyi, khususnya di Rusia ini.

SUMBER

Inilah 3 Suku Pemakan Daging Manusia di Indonesia



Pemakan daging manusia atau lebih sering disebut kanibal, banyak terdapat hampir diseluruh dunia pada zaman dulu hingga memasuki abad ke 20. Sebut saja suku Maori di Selandia Baru, suku Indian di kepulauan Karibia, suku Kulina di daerah Sungai Amazon Brazilia, yang kemungkinan besar masih ada sampai sekarang. Alasan mereka memakan sesama manusia adalah karena ritual, kebanggaan dan alasan kesehatan serta kekuatan. Dipercaya, ketika suku mereka menang dalam berperang, maka lawan yang tertangkap dan masih hidup kemudian mereka siangi / di kuliti hidup-hidup, kemudian dibakar atau di rebus, lalu mereka makan ramai-ramai dalam sebuah upacara ritual, sedangkan tengkorak kepalanya mereka taruh di sebuah tempat sebagai tanda kemenangan.

Lalu, bagaimanakah dengan suku-suku di Indonesia, adakah suku kanibal di bumi nusantara ini, jawabannya adalah ada. Berikut ini adalah beberapa suku di Indonesia yang melakukan praktek kanibalisme.

1. Suku Korowai di Papua.

Suku ini mendiami dataran rendah di sebelah selatan Papua, hidup di sepanjang aliran sungai dan rawa-rawa. Suku Korowai, seperti suku-suku di Papua kebanyakan, hidup nomaden atau berpindah-pindah serta mengandalkan hidupnya dari alam. Karena daerahnya yang cukup subur, menjadikan mereka harus sering berperang dengan suku lain. Dalam berperang, mereka kerap menggunakan racun pada anak panah dan mata tombak yang kebanyakan mereka buat dari tulang berulang. Kebiasaan mereka memakan daging manusia bukan secara sembarangan, tetapi karena korban kerap melakukan pelanggaran adat, kemudian ditangkap dan diadili, setelah diputuskan bersalah maka korban akan di ritualkan dan dimakan bersama-sama. Keberadaan mereka masih ada hingga saat ini.

2. Suku Tolai di Papua.

Walaupun sebagian besar dari mereka hidup di Papua New Guinea, tapi ada sebagian kecil yang hidup di perbatasan Papua wilayah Indonesia. Mereka diketahui melakukan kanibalisme ketika warga suku Tolai modern meminta maaf kepada pemerintah Papua New Guinea atas pembunuhan dan kanibalisme yang dilakukan oleh nenek moyang mereka kepada misionaris Inggris pada abad ke 19 dan pada tahun 1978 mereka membunuh menteri dan tiga orang guru dari negara Fiji, yang kemudian dimasak dan dimakan beramai-ramai.

3. Suku Dayak Punan.

Walaupun sebagian besar dari mereka sudah hidup secar modern, tapi berdasarkan cerita bahwa nenek moyang mereka dahulu tidak tabu untuk memakan daging manusia, sampai pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1970an melarang dengan turun langsung ke lapangan. Suku Dayak Punan hidup di daerah kalimanatan Barat, kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, hidup di sepanjang aliran sungai dan sering berpindah-pindah. Dahulu mereka sangat jago dalam berperang dan selalu menebas kepala musuhnya, hingga dikenal istilah "Ngayau" atau "Head Hunter". Dari riset terkini, ternyata suku punan yang primitif masih ada dan terlihat di goa-goa pedalaman rimba hutan Kalimantan.

Itu adalah beberapa suku kanibal di Indonesia, walaupun menurut catatan sejarah, bahwa 75 persen suku di nusantara adalah kanibal pada zaman dulu, tetapi kini mereka telah punah atau meninggalkan kebiasaan lamanya, yaitu memakan daging manusia.


Sumber

Misteri Orang Kerdil dari Gunung Kerinci


“Uhang Pandak” atau Orang Pendek, merupakan misteri sejarah alam terbesar di Asia. Keberadaan Orang Kerdil ini, telah memancing ahli binatang untuk mendaftarkan laporan kera misterius ini di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat, Propinsi Jambi, lebih dari 150 tahun.

Setiap daerah pasti memiliki kepercayaan tentang makhluk-makhluk “Bunian”. Di daerah Bengkulu, orang Bunian disebut "Sebabah" yang merupakan satu bentuk yang mirip dengan manusia, hanya saja mereka bertubuh kecil dan berkaki terbalik.

Lebih ke daerah pedalamannya lagi, ada juga kisah tentang makhluk “Gugua”, yang mempunyai perawakan berbulu lebat, pemalu, dan suka menirukan tingkah laku dan perbuatan manusia.

Konon pada zaman dahulu, makhluk ini bisa ditangkap. Masyarakat dahulu menangkap makhluk ini dengan menyiapkan sebuah perangkap. Ada juga kisah tentang perkawinan makhluk ini dengan penduduk lokal, lalu mempunyai keturunan.


Sampai hari ini, makhluk di gunung Kerinci yang dikenal sebagai “uhang pandak”, memiliki variasi yang membingungkan dari nama dialek setempat. Sampai sekarang pun masih belum teridentifikasi oleh ilmuwan.

Orang pendek / uhang pandak ialah nama yang diberikan kepada seekor binatang (manusia atau bunian) yang sudah dilihat banyak orang selama ratusan tahun. Kerap kali muncul di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi.

Walaupun tak sedikit orang yang pernah melihatnya, keberadaan uhang pandak hingga sekarang masih merupakan teka-teki. Tidak ada seorang pun yang tahu sebenarnya makhluk jenis apakah yang sering disebut sebagai orang pendek itu.

Tidak pernah ada laporan yang mengabarkan, bahwa seseorang pernah menangkap atau bahkan menemukan jasad makhluk ini. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan banyaknya laporan dari beberapa orang yang mengatakan pernah melihat makhluk tersebut.

Sekedar informasi, orang pendek ini masuk ke dalam salah satu studi Cryptozoology. Ekspediasi pencarian Orang Pendek sudah beberapa kali dilakukan di Kawasan Kerinci, salah satunya adalah ekspedisi yang di danai oleh National Geographic Society.

National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di gunung Kerinci, Jambi. Bahkan, beberapa peneliti telah mereka kirimkan kesana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.

Adapun cerita mengenai uhang pandak pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah gambar jejak, Marco Polo, 1292, saat ia bertualang ke Asia. Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos belaka oleh para ilmuwan, seperti halnya "Yeti" di Himalaya dan monster "Loch Ness" Inggris Raya.


Sejauh ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki), tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm), dan memiliki banyak bulu diseluruh badan. Bahkan tak sedikit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak.

Legenda Mengenai Uhang Pandak sudah secara turun-temurun dikisahkan di dalam kebudayaan masyarakat "Suku Anak Dalam". Mungkin bisa dibilang, suku anak dalam (Kubu) sudah terlalu lama berbagi tempat dengan para Orang Pendek di kawasan tersebut. Walaupun demikian, jalinan sosial diantara mereka tidak pernah ada.

Sejak dahulu, suku anak dalam bahkan tidak pernah menjalin kontak langsung dengan makhluk-makhluk ini, mereka memang sering terlihat, namun tak pernah sekalipun warga dari suku anak dalam dapat mendekatinya.

Ada sebuah kisah mengenai keputusasaan para suku anak dalam yang mencoba mencari tahu identitas dari makhluk-makhluk ini, mereka hendak menangkapnya, namun selalu gagal. Pencarian lokasi dimana mereka membangun komunitas mereka di kawasan Taman Nasional juga pernah dilakukan, namun juga tidak pernah ditemukan.

Awal tahun 1900-an, dimana saat itu Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para WNA. Namun, yang paling terkenal adalah kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Van Heerwarden adalah seorang zoologiest, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Pada satu catatan, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu. Van Heerwarden sadar, mereka bukan sejenis siamang maupun primata lainnya. Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar.

Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak. Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.

Sumber-sumber dari para saksi memang sangat dibutuhkan bagi para peneliti yang di danai oleh National Gographic Society untuk mencari tahu keberadaan Orang Pendek.

Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek. Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan.

Lain dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan di biayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional. Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang disana.



Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana mereka sering dikabarkan muncul. Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat, dimana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas mereka.

Namun, akhirnya rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggap di diri mereka, ketika hasil ekspedisi selama ini yang mereka lakukan, belum mendapat hasil yang memuaskan alias nihil.

Beberapa pakar Cryptozoology mengatakan, bahwa Orang Pendek mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus?

Banyak Paleontologiest mengatakan, bahwa jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang.

Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini, sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa waktu yang lalu.


Fosil manusia-manusia kerdil “Hobbit” berjalan tegak inilah yang kemudian disebut sebagai Homo Floresiensis. Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki, dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana, serta telah mampu menciptakan api. Diperkirakan hidup antara 35000 – 18000 tahun yang lalu.

Apakah keberadaan “Uhang Pandak” benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup? Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya.

Peneliti mengetahui, bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan, lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang. Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka, bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid.


Terlepas dari benar tidaknya mereka adalah bagian dari makhluk halus, binatang, atau pun ras manusia yang berbeda. Dunia tentunya masih menyimpan misteri tentang mereka yang harus terus dilakukan penelitian keberadaannya.

Bukankah berbagai peninggalan dan kerangka makhluk setengah kera Homo Floresiensis baru-baru ini ditemukan? Menjadi bukti, bahwa ada suatu komunitas makhluk diluar manusia modern yang pernah ada. Bisa jadi, “Uhang Pandak” yang tersembunyi dan penuh misteri selama ini, suatu hari ditemukan. Waktu jualah yang akan menjawabnya.

Sumber

Ada Festival Kentut di Jepang


Selama ini kamu mungkin mengira segala kultur dan kebiasaan aneh yang ada di Jepang baru dimulai oleh generasi-generasi anak mudanya jaman sekarang, percaya gak percaya, kultur aneh mereka sudah ada semenjak nenek-kakekmu belum lahir di dunia.

Jaman dahulu ada sebuah festival unik di Jepang berjudul He-Gassen (Perang Kentut). Festival ini merupakan sebuah tardisi orang-orang Jepang jaman dulu yang melakukan kentut kemana saja mereka mau. Mereka kentut ke orang lain, ke batang pohon, ke kuda, ke kucing, dan benda-benda malang lainnya.












Donald Richie yang dikenal sebagai kritikus film Jepang pernah menulis “Meskipun kentut jelas bukanlah fenomena yang harus diamati secara khusus di Jepang, sikap orang Jepang terhadapnya, saya pikir, unik"

Menurut Donald Richie, di Jepang ada gulungan kertas yang disebut sebagai “He-gassen” dan menggambarkan “kontes kentut”.


Apakah Benar Kontes Kentut Diadakan di Jepang Kuno?

"Di Jepang kuno, ada kontes publik diadakan untuk mendengar siapa yang bisa kentut paling keras dan paling lama, itulah juaranya."

Menurut Donald Richie, di Jepang ada gulungan kertas yang disebut sebagai “He-gassen” dan menggambarkan “kontes kentut”. Berikut ini adalah foto-foto yang dikutip dari situs Universitas Waseda yang memiliki lukisan “He-gassen” tersebut.

Menurut keterangan dari Universitas Waseda, lukisan “He-gassen” di atas dibuat pada tahun 1846, akhir zaman Edo (1603-1868) di Jepang. Lukisan yang menggambarkan orang-orang yang bertempur dengan kentut ini memiliki daya tarik yang sangat misterius sebagai karya seni, sehingga membuat kita yang melihatnya pasti bertanya-tanya.


Beberapa tahun yang lalu, kontes kentut pernah diselenggarakan dalam sebuah acara komedi di TV Jepang. Dalam kontes tersebut, orang yang kentutnya paling keras akan menjadi juara (tidak terkait dengan bau dan lamanya kentut).

Sumber

Misteri Prabu Siliwangi dan Wangsitnya


“Wangsit Siliwangi selalu mengundang rasa penasaran, sebab amanat ini penuh misteri. Salah satu ungkapan dalam wangsit disebutkan kalau pada suatu saat akan ada yang menelusuri sejarah Sunda yang sebenarnya, hanya semakin menambah rasa penasaran dari novel ini bahwa sejarah Sunda belum benar-benar terkuak.”
Ketegangan antara Prabu Siliwangi dan Pangeran Cakrabuana memuncak setelah hubungan antara Cirebon-Demak semakin mesra di satu pihak, dan di pihak lain Pajajaran sendiri mulai main mata dengan Portugis yang baru menguasai Malaka. Kemesraan hubungan Cirebon-Demak ditandai dengan dipersatukannya para putra kedua negeri itu dalam ikatan perkawinan. Sementara penjajakan kerja sama yang dilakukan Pajajaran dengan Portugis yang membuat Cirebon-Demak panas dingin, dilakukan salah satu alasannya mengantisipasi kekuatan maritim Cirebon-Demak. Pelanggaran Cirebon yang membuat Prabu Siliwangi mempersiapkan pasukan perang secara besar-besaran adalah kenyataan di mana Tumenggung Jagabaya yang diutus untuk menyelesaikan masalah justru tak kembali ke Pajajaran. Pergeseran kehidupan akibat hadirnya Islam ini, dinilai menjadi sumber petaka bagi Pajajaran.

Sejatinya ketidaksenangan Prabu Siliwangi bukan terhadap Kesultanan Cirebon dan Islam semata, melainkan karena hubungan dengan Demak yang terlalu akrab pemicu membuncahnya kemarahan. Selangkah sebelum genderang perang ditabuh, purohita Pajajaran, Ki Purwagalih mengingatkan.

″Cirebon sebenarnya bukan siapa-siapa sekalipun akhir-akhir ini sering berulah. Bukankah Syarif Hidayatullah yang menjadi Susuhunan Jati sekarang adalah putra dari Nyimas Ratu Rarasantang, putri Gusti Prabu sendiri? Bukankah Pangeran Cakrabuana yang tak lain adalah Prabu Anom Walangsungsang, putra Gusti Prabu sendiri? Bagaimana tanggapan negeri-negeri sahabat juga Portugis yang telah bersedia untuk kerja sama, jika seorang kakek memerangi cucunya sendiri dengan pasukan perang luar biasa seperti ini? Ampun Gusti Prabu, aku terlalu lancang bicara seperti ini!” jelas Ki Purwagalih menunduk makin dalam. Prabu Siliwangi mendengus pada angin.


Wangsit Prabu Siliwangi


Wangsit Prabu Siliwangi mengandung hakekat yang sangat tinggi oleh karena di dalamnya digambarkan situasi kondisi sosial beberapa masa utama dengan karakter pemimpinnya dalam kurun waktu perjalanan panjang sejarah negeri ini pasca kepergian Prabu Siliwangi (ngahyang/menghilang). Peristiwa itu ditandai dengan menghilangnya Pajajaran.

Sesuai sabda Prabu Siliwangi bahwa kelak kemudian akan ada banyak orang yang berusaha membuka misteri Pajajaran. Namun yang terjadi mereka yang berusaha mencari hanyalah 0rang-orang sombong dan takabur.

Seperti diungkapkan dalam naskah tersebut berikut ini :
”Ti mimiti poé ieu, Pajajaran leungit ti alam hirup. Leungit dayeuhna, leungit nagarana. Pajajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ti ngaran pikeun nu mapay. Sabab bukti anu kari, bakal réa nu malungkir! Tapi engké jaga bakal aya nu nyoba-nyoba, supaya anu laleungit kapanggih deui. Nya bisa, ngan mapayna kudu maké amparan. Tapi anu marapayna loba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu arédan heula.”

Artinya :
“Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

Namun dalam naskah Wangsit Siliwangi ini dikatakan bahwa pada akhirnya yang mampu membuka misteri Pajajaran adalah sosok yang dikatakan sebagai ”Budak Angon” (Anak Gembala). Sebagai perlambang sosok yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi sebagai orang yang baik perangainya.

”Sakabéh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu hadé laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadéngé. Mémang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancagé haténa, ka nu weruh di semu anu saéstu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu hadé laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi méré céré ku wawangi.”

Artinya :
”Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri de¬ngan wewangian.”

Selanjutnya dikatakan juga apa yang dilakukan oleh sosok ”Budak Angon” ini sbb :
”Aya nu wani ngoréhan terus terus, teu ngahiding ka panglarang; ngoréhan bari ngalawan, ngalawan sabari seuri. Nyaéta budak angon; imahna di birit leuwi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. Ari ngangonna? Lain kebo lain embé, lain méong lain banténg, tapi kalakay jeung tutunggul. Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun, sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris loba nu kabuka jeung raréang ménta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba lalakon, anggeus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon. Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma.”

Artinya :
”Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala; Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng, tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui, tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”

Dari bait di atas digambarkan bahwa sosok ”Budak Angon” adalah sosok yang misterius dan tersembunyi. Apa yang dilakukannya bukanlah seperti seorang penggembala pada umumnya, akan tetapi terus berjalan mencari hakekat jawaban dan mengumpulkan apa yang menurut orang lain dianggap sudah tidak berguna atau bermanfaat. Dalam hal ini dilambangkan dengan ranting daun kering dan tunggak pohon. Sehingga secara hakekat yang dimaksudkan semua itu sebenarnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan sejarah kejadian (asal-usul/sebab-musabab) termasuk karya-karya warisan leluhur seperti halnya yang kita baca ini. Dimana hal-hal semacam itu karena kemajuan jaman oleh generasi digital sekarang ini dianggap sudah usang/kuno tidak berguna dan bermanfaat. Pada akhirnya yang tersirat dalam hakekat perjalanan panjang sejarah negeri ini adalah berputarnya Roda Cokro Manggilingan (pengulangan perjalanan sejarah).

Bung Karno (Presiden I Indonesia) Di Wangsit Siliwangi

Di dalam wangsit Sang Prabu Siliwangi juga dikatakan akan munculnya sosok pemimpin negeri ini dengan ciri-ciri sebagai berikut:

”Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja; raja anyar hésé apes ku rogahala!”

Artinya :
”Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan raja dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan raja; penguasa baru susah dianiaya!”

Siapakah sosok yang dimaksud dalam bait ini? Dia adalah Soekarno, Presiden RI pertama. Ibunda Soekarno adalah Ida Ayu Nyoman Rai seorang putri bangsawan Bali. Ayahnya seorang guru bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo. Namun dari penelusuran secara spiritual, ayahanda Soekarno sejatinya adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Nama kecil Soekarno adalah Raden Mas Malikul Koesno. Beliau termasuk ”anak ciritan” dalam lingkaran kraton Solo. Pada masa kepemimpinan Soekarno banyak terjadi upaya pembunuhan terhadap diri beliau, namun selalu saja terlindungi dan terselamatkan.

Selanjutnya setelah berganti masa digambarkan bahwa semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala. Kondisi ini melambangkan pemimpin yang tidak mau mengerti penderitaan rakyat. Memerintah tidak dengan hati tapi segala sesuatunya hanya mengandalkan akal pikiran/logika dan kepentingan pribadi ataupun kelompok sebagai berhalanya. Sehingga yang terjadi digambarkan banyak muncul peristiwa di luar penalaran. Menjadikan orang-orang pintar hanya bisa omong alias pinter keblinger.

Sumber

Beginilah Suasana Kota Iblis di China

Tahukah Anda, ternyata di negeri China, terdapat sebuah kota bernama Xinjian. Di kota ini, terdapat daerah terbengkalai yang disebut 'Moguicheng' atau kota iblis (Devils’ Town). Di sana ada beberapa istana / kastil kuno yang misterius.

Masyarakat setempat menyebutnya Moguicheng yang artinya kota Iblis. Moguicheng, yang merupakan padang pasir terletak di Provinsi Xinjian. Daerah ini merupakan daerah terbengkalai, tidak ada satupun orang yang bermukim di situ.

Disebut sebagai kota iblis karena kota ini menyimpan sejumlah misteri. Jika kita berjalan pada hari yang cerah ke arah kastil–kastil ditemani tiupan angin sepoi.

Niscaya kita akan mendengar alunan melodi yang menyerupai dentingan bel ataupun dawai–dawai gitar yang dipetik dengan lembut.

Namun ketika badai datang, pasir yang beterbangan membuat langit seketika menjadi gelap. Alunan melodi itu akan berubah menjadi suara auman harimau, jerit tangis bayi, suara hewan yang sedang disembelih, jeritan wanita sekarat dan pada akhirnya semua akan berubah menjadi suara teriakan, tangis, dan kemarahan.

Sampai saat ini, fenomena tersebut tetap menjadi sebuah misteri. Tidak ada yang menguak misteri apa sebenarnya yang menyebabkan terdengarnya suara yang demikian.

Mitos mengatakan, mereka adalah suara yang berasal dari segerombolan hantu. Wow....,sungguh menyeramkan !

SUMBER

Tradisi Unik Mengibung di Bali

Selain memiliki tempat wisata yang indah, Bali juga kaya dengan budaya dan tradisi unik, salah satunyamegibung, adalah merupakan salah satu tradisi warisan leluhur, dimana merupakan tradisi makan bersama dalam satu wadah. Selain makan bisa sampai puas tanpa rasa sungkan, megibung penuh nilai kebersamaan, bisa sambil bertukar pikiran, bersenda gurau, bahkan bisa saling mengenal atau lebih mempererat persahabatan sesama warga. Makan bersama atau megibung ini, dalam setiap satu wadah terdiri dari 5-8 orang, memang merupakan wujud kebersamaan tidak ada perbedaan antara laki dan perempuan juga perbedaan kasta ataupun warn, semua duduk berbaur dan makan bersama, tapi pada perkembangan berikutnya antara laki dan perempuan dipisahkan, tapi kalu masih dalam satu keluarga ataupun tetangga, mereka memilih bergabung.Tradisi ini masih tertanam kuat di daerah Karangasem Bali.

Tradisi megibung ini dikenalkan oleh Raja Karangasem yaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Ketika pada saat itu, Karangasem dalam ekspedisinya menaklukkan Raja-raja yang ada di tanah Lombok. Ketika istirahat dari peperangan, raja menganjurkan semua prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi melingkar yang belakangan dikenal dengan nama Megibung. Bahkan, raja sendiri konon ikut makan bersama dengan prajuritnya.

Megibung dimulai dari masak masakan khas traditional Bali secara bersama-sama, baik itu nasi maupun lauknya. Setelah selesai memasak, warga kemudian menyiapkan makanan itu untuk disantap. Nasi putih diletakkan dalam satu wadah yang disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayur yang akan disantap disebut karangan. Tradisi megibung ini dilangsungkan saat ada Upacara Adat dan Keagamaan di suatu tempat, terutama di daerah Karangasem, misalnya dalam Upacara yadnya seperti pernikahan, odalan di pura, ngaben, upacara tiga bulanan, dan hajatan lainnya. Pada kegiatan ini biasanya yang punya acara memberikan undangan kepada kerabat serta sanak saudaranya guna menyaksikan prosesi kegiatan upacara keagamaan tersebut. Sehingga prosesi upacara dapat berlangsung seperti yang diharapkan.

Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan saat acara megibung, sebelum makan kita harus cuci tangan terlebuh dahulu, tidak menjatuhkan remah/ sisa makanan dari suapan , tidak mengambil makanan disebelah kita, jika salah satu sudah merasa puas dan kenyang dilarang meninggalkan temannya, walaupun aturan ini tidak tertulis tapi masih diikuti peserta makan megibung.

Di Karangasem, makan megibung secara maraton pernah dilakukan ketika awal pemerintahan Bupati Wayan Geredeg. Makan megibung yang dilakukan tanggal 26 Desember 2006 lalu ini digelar di Taman Sukasada,Ujung dengan jumlah peserta tidak kurang dari 20.520 orang

SUMBER

Di Sinilah Ombak Terbaik di Dunia



Ombak di Teluk Meranti, dengan nama gelombang “Bono”, tampaknya akan terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan untuk menjadi tempat pariwisata yang terus didatangi oleh turis.

“Sebab, dengan fasilitas yang belum sempurna saja masih ada turis yang mau datang,” kata Zulkifli dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Pemkab Pelalawan, di Pekanbaru.

Gelombang Bono mulai dikenal secara internasional sebagai ombak di sungai (tidal bore) terpanjang dan terbaik di dunia. Fenomena alam ini terjadi karena pertemuan arus di Sungai Kampar, tepatnya di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.

Ia mengatakan, pada Februari mendatang sejumlah peselancar asing menjajak ke gelombang Bono. Kedatangan para peselancar asing itu akan menjadi perhatian dunia, sebab seorang peselancar dari Inggris, Steve King, akan mencoba memecahkan rekor dunia (Guinness World Records) berselancar paling panjang dan terlama di “tidal bore.


Sejarah Lahirnya Tempe


Tempe adalah salah satu makanan yang terbuat dari kedelai yang merupakan hasil kreasi bangsa sendiri. Di masa lalu Tempe sudah dikenal, di Jaman Majapahit Tempe sudah diyakini ada, penyebutan tempe sebagai makanan secara terang-terangan disebutkan dalam serat Centhini, jae santen tempe ( jenis masakan tempe yang dicampur santan) dan kadhele tempe srundengan. Serat centhini ditulis sekitar tahun 1805 dengan sponsor Pakubuwono V yang mengharapkan kitab ini bisa menjadi semacam ensiklopedi gaya hidup, pandangan spiritual dan tatanan dialektis masyarakat Jawa. Sebagai tambahan catatan walau ini masuk dalam referensi cerita rakyat, soal Tempe Bacem Kotagede yang terkenal sering disandingkan dengan Gudeng Manggar yang merupakan produk kuliner Ki Ageng Mangir Wonoboyo II, musuh politik Panembahan Senopati yang kepalanya dikepruk sang Panembahan setelah menghadap sebagai menantu dengan menikahi Puteri Panembahan yang pandai menari tayub, Pembayun. Dalam gudeng Manggar itu selalu ada tempe bacem Sargede (asal kata Pasar Gede, sebuah pasar di Kotagede), disini kemudian orang Bantul mengenang Gudeg Manggar sebagai satu-satunya bentuk kemenangan atas Panembahan Senopati yang bangsawan dari keturunan luar Hutan Mentaok.

Tempe menjadi makanan yang amat terkenal setelah krisis pangan pasca Perang Diponegoro, saat itu Van Den Bosch menerapkan kerja rodi, seluruh rakyat diharuskan menanam tanam-tanaman perkebunan seperti tebu dan karet, dan ini semakin merusak unsur hara tanah. Di masa ini tempe menjadi semacam makanan wajib. Rakyat yang kelaparan dan kehilangan padi-nya gara-gara harus berebut jam kerja dengan kewajiban rodi, memakan makanan yang dihasilkan dari tanaman yang gampang tumbuh seperti : Ubi, Singkong dan Kedelai, nah kedelai ini diolah menjadi tempe, salah satu versi sejarah menyatakan bahwa tempe ditemukan pada era tanam paksa, tahun 1875 dengan meniru makanan Cina yang bernama Koji, kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang.

Tempe menjadi penyelamat bangsa Eropa yang ditawan Jepang, saat itu Jepang masuk ke Indonesia dan mencari orang-orang Belanda untuk dimasukkan ke kamp kerja paksa dan dipenjara. Dalam penjara mereka dikasih makan tempe, ternyata tempe itu yang membuat para interniran londo itu bertahan hidup, sebab-nya tempe memiliki kandungan protein yang amat tinggi.

Menurut artikel Kompas, pada 3 Juli 2003 yang ditulis M. Astawan menyebutkan :

Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu,dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg.

Tempe merupakan industri-industri yang berkembang amat merakyat, murah harganya dan menjadi ciri khas paling dasar bangsa Indonesia, kebanyakan orang Indonesia memang suka dengan tempe. Saking merakyatnya, masakan ini pernah menjadi sangat inferior dalam kedudukan gengsi sosial bangsa kita, para priyayi bangsawan senengnya makan Beef Steak, yang diucapkannya sebagai Bestik. Sebagai gambaran tempe sebagai makanan rakyat ini terlihat sekali dalam novel Para Priyayikarangan Umar Khayam yang dirilis tahun 1994 tentang Ngadiyem yang tiap pagi ngider menjajakan tempe dan menjadi langganan keluarga Sastrodarsono. Ngadiyem ini kemudian ikut keluarga Sostrodarsono, setelah ikut dengan Sostrodarsono, Ngadiyem diperkosa oleh Soenandar yang juga kemenakan Sastrodarsono, dari Ngadiyem ini kemudian lahirlah Lantip, yang secara alam bawah sadar selalu menekankan ke-minderan-nya sebagai anak pedagang ider Tempe. “Aku tak mau menjadi kecu seperti bapakku atau pedagang ider tempe seperti ibuku”. Novel yang amat menarik ini masih menempatkan tempe sebagai makanan kelas rendahan.

Bung Karno sendiri pernah berteriak di depan ratusan ribu pendengarnya : “Janganlah kita sekali-sekali menjadi bangsa Tempe”. Disini Bung Karno bukan berteriak soal tempe sebagai makanan inferior bangsa kita, tapi sebagai ‘makanan yang diinjak-injak’. Namun bagi bagian banyak orang quotes ini dikenang sebagai ‘Rasa Inferioritas Tentang Tempe sebagai makanan”.

Lambang kemakmuran bangsa Indonesia adalah terhidangnya ayam goreng, semur daging atau ikan-ikan air tawar seperti ikan gurame dan ikan mas. Tempe dianggap sebagai bagian ‘makanan prihatin’. Tapi susah memisahkan Tempe dan juga Tahu ke dalam meja makanan orang Indonesia, kalau makan orang Indonesia itu ada empat hal : Nasi, Tempe, Tahu dan Kerupuk.

Di Jaman Orde Baru, ketersediaan pangan adalah syarat politik paling utama. Suharto bahkan sampai menyiapkan panggung teater ketersediaan pangan dengan aktor utamanya adalah Harmoko, rakyat sampai hapal setiap Rabu Malam di berita khusus TVRI setelah dunia dalam berita jam 9 malam berakhir ia selalu berkata “Atas petunjuk bapak Presiden…harga cabe keriting….bla..bla” sambil rambutnya jingkrak meninju rembulan. Saat itu bangsa Indonesia mengalami masa kepastian pangan luar biasa, jangankan soal tempe, soal cabe, soal beras saja kita berdaulat, walaupun hanya setahun yaitu tahun 1985 saat Pak Harto dengan gagah pidato di Roma, Italia pada sidang pleno FAO. Tapi dibalik kedigdayaan Pak Harto dan Politik Logistiknya dengan Pangan sebagai Panglima, dimasa itu terkenal kisah Tempe Bongkrek, tempe yang terbuat dari ampas kelapa, jenis tempe ini lebih inferior lagi ketimbang tempe biasa.

Kini Kedelai menghilang di pasaran, Tempe menjadi barang langka dan harganya naik terus seperti popularitas Jokowi, Pemerintahan Republik ala SBY yang lemahnya menyerupai Republik Weimar ini tergagap soal Tempe, mereka bersidang soal Tempe, soal yang di masa lalu sebagai makanan inferior kini menjadi soal yang sulit bagi Pemerintahan dengan Pencitraan sebagai Panglima. -Maka Tempe sudah menjadi semacam SOB, semacam Staat van Oorlog en Beleg, negara bersiap perang atas kedaulatan Pangan kita. Entahlah mungkin nanti akan ada bibit kedelai Supertoy, kan Presiden kita doktor IPB, Katanya.

Sumber

Unik, Pelukis Ini Memakai Beras sebagai Kanvas

Jiwa seni itu dapat disalurkan melalui media apapun. Misalnya, seorang pencinta seni lukis, kanvas bukan lagi satu-satunya media untuk melukiskan imajinasi para senimannya.
Hal ini dibuktikan oleh seorang seniman asal Taiwan yang bernama Chen Forng-Shean. Chen lebih memilih untuk menggunakan benda kecil seperti butiran beras atau bahkan pasir untuk membuat miniatur karya seni berupa lukisan orang-orang ternama.
Chen yang mengasah kemampuan seni dalam dirinya secara otodidak ini menghabiskan waktu selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk berkarya dengan menggunakan kaca pembesar di studio seninya, yang berada di lantai 2 pada tempat tinggalnya.



Hampir setiap hari dalam 10 tahun, Chen langsung mengurung dirinya di studio seni miliknya untuk menyelesaikan karya-karya lukis di kanvas yang sangat kecil. Untuk menyelesaikan lukisan pada butiran beras seukuran 0,5 cm x 0,3 cm, seniman unik ini membutuhkan waktu lebih dari 1 bulan.
Pria usia 58 tahun ini sudah mendapat pengakuan dari mata internasional atas karyanya yang luar biasa dengan menggunakan benda-benda paling kecil di sekitarnya sebagai kanvas. Mulai dari butiran biji-bijian yang sangat kecil seperti biji wijen, hingga butiran pasir dan beras, bahkan mie tipis, pernah dijadikan media untuk melukis oleh Chen.


Dilansir dari Odditycentral.com, pria yang sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia seni sejak masih belia itu, mengatakan bahwa: dengan membuat karya seni pada kanvas super kecil seperti butiran beras, dan biji wijen, bukan hanya keterampilan saja yang sangat diperlukan, tentu juga kesabaran dan konsentrasi tingkat tinggi menjadi elemen yang penting.

Sampai-sampai, Chen harus latihan mengatur napas untuk mengerjakan proyek seninya ini, karena saat membuat lukisan pada butiran beras, Chen seringkali menahan napasnya selama beberapa menit supaya tangannya tidak menimbulkan getaran.

Sumber

Kota Tanpa Penghuni di Zimbabwe

Great Enclosure Zimbabwe atau biasa dikenal dengan Great Zimbabwe adalah reruntuhan kota yang sebelumnya merupakan ibukota Kerajaan Zimbabwe, sebuah negara yang berdiri dari tahun 1100 hingga 1400. Reruntuhan Kota ini memiliki wilayah dengan luas sekitar 722 hektar dan mampu menampung lebih dari 18.000 orang.

Salah satu struktur penting di Zimbabwe Raya adalah temboknya, yang tingginya mencapai lebih dari lima meter dan dibangun tanpa semen. Kota di Afrika ini sering disebut sebagai salah satu kota yang muncul dalam berbagai kitab suci, kota ini merupakan tempat tinggal Ratu Sheba. Reruntuhan Zimbabwe Raya pertama kali ditemukan oleh bangsa Eropa pada akhir abad ke-19

Arkeolog masih belum dapat menyimpulkan sejauh mana peranan dan fungsi kota yang ditinggalkan penghuninya ini. Bukti-bukti sementara menghasilkan kota ini dibangun oleh suku Shona, suku leluhur suku Bantu sekitar 1.250 tahun lalu. Dahulu Kota ini dikabarkan sebagai pusat kota pemujaan.

Berikut adalah kumpulan foto-foto penelusuran Reporter BBC menelusuri daerah yang sempat menjadi kejayaan kota Zimbabwe Raya atau Great Zimbabwe.



















Sumber