Wisatawan mancanegara sepertinya lebih tahu pantai-pantai tersembunyi di
Bali, dari pada wisatawan domestik yang lebih suka menyemut di Kuta.
Pantai Suluban misalnya, isinya adalah bule seksi berbikini atau
berselancar.
Perjalanan kali ini membawa saya ke salah satu pantai di kawasan Uluwatu, Bali. Dari cerita teman-teman traveler, Pantai Suluban sangatlah indah dan berbeda dengan pantai-pantai lainnya di Bali. Dengan jalanan yang meliuk-liuk dan melewati Kampus Universitas Udayana serta Pantai Padang-padang, total menghabiskan waktu 30 menit untuk tiba di pantainya.
Setibanya di Pantai Suluban, saya sangat terkejut. Hanya ada beberapa homestay dan parkiran motor di sepanjang mata memandang. Saya pun bertanya-tanya, di mana pantainya?
Pertanyaan itu pun terjawab. Saya melihat banyak wisatawan yang berjalan menuruni tangga setelah memarkirkan motor sewaannya. Kebanyakan dari mereka membawa papan seluncur. Ada yang pria dan juga wanita. Tanpa berpikir panjang, saya pun ikut turun mengikuti mereka.
Saat menuruni anak tangga, ada banyak toko suvenir, toko alat-alat surfing, penginapan, dan rumah makan di sepanjang jalannya. Rupanya, tebing-tebing di sini 'disulap' untuk dijadikan berbagai macam fasilitas tersebut. Pemandangan yang terlihat dari anak tangganya pun sungguh menggoda. Lautan biru dengan ombak-ombaknya membuat saya tidak sabar untuk tiba di pantainya.
Akan tetapi, ada satu hal menarik saat saya melewati rumah makan dan beberapa bangku-bangku panjang untuk berjemur. Ya, kebanyakan wisatawan di sini adalah bule! Wisatawan domestik malah bisa dihitung dengan jari.
Sambil menuruni anak tangga, saya pun sesekali harus memberikan jalan atau membelokan badan saat berpapasan mereka yang membawa papan seluncur. Ternyata, Pantai Suluban juga menjadi destinasi favorit bagi para peselancar.
"Tempat ini sudah terkenal di dunia, maka saya datang ke sini untuk mencoba ombaknya," kata Diego, peselancar asal Portugal yang sedang mengutak-atik papan selancarnya.
Lain lagi dengan Peter dari AS. Dia mengaku sudah dua kali berselancar di Pantai Suluban dan suka dengan pantainya. "Pantai di sini sangat bagus, Bali tidak hanya Kuta saja," katanya sambil membawa papan seluncur.
Hap! Tibalah saya di Pantai Suluban. Pasirnya sangat halus dan bersih. Batu-batu karang dan tebing-tebing yang cadas menjadi latar dari pantai ini. Di tengah laut sana, terlihat peselancar yang sedang berjuang menaklukan ombak.
Saat sedang menyisiri pantai, isinya kebanyakan bule seksi berbikini yang sedang berjemur. Sambil merebahkan badan di atas tikar atau kain di atas pasirnya, mereka terlihat santai menikmati pantai. Ada yang memandangi lautan, bermain-main di atas batu karang, hingga membaca buku.
Tak hanya itu, rupanya para peselancar di sini juga kebanyakan bule. Badan mereka pun besar-besar. Ada yang terlihat kesal dan senang saat mereka berjalan ke arah pantai setelah surfing. Tak mudah memang untuk menaklukan ombak di sini. Sebabnya, ombak di Pantai Suluban mempunyai tinggi hingga 4 meter. Hanya para profesional saja yang dapat bermain dengan ombaknya.
Hingga menjelang senja, masih banyak bule yang bersantai atau sekedar duduk-duduk di bangku panjang. Ada yang berpasangan, bersama teman, dan sendirian. Bule dari berbagai belahan dunia ada di sini. Mereka biasanya berlama-lama di pantai ini karena ombak, matahari, dan pantainya yang masih bersih. Mungkin, karena pantai ini yang lokasinya 'tertutup', membuat bule betah berlama-lama di sini.
Hampir pengunjung Pantai Suluban adalah turis asing. Meski demikian, mereka juga terlihat ramah dan menyenangkan. Cobalah berkunjung ke Pantai Suluban dan buktikan sendiri!
Perjalanan kali ini membawa saya ke salah satu pantai di kawasan Uluwatu, Bali. Dari cerita teman-teman traveler, Pantai Suluban sangatlah indah dan berbeda dengan pantai-pantai lainnya di Bali. Dengan jalanan yang meliuk-liuk dan melewati Kampus Universitas Udayana serta Pantai Padang-padang, total menghabiskan waktu 30 menit untuk tiba di pantainya.
Setibanya di Pantai Suluban, saya sangat terkejut. Hanya ada beberapa homestay dan parkiran motor di sepanjang mata memandang. Saya pun bertanya-tanya, di mana pantainya?
Pertanyaan itu pun terjawab. Saya melihat banyak wisatawan yang berjalan menuruni tangga setelah memarkirkan motor sewaannya. Kebanyakan dari mereka membawa papan seluncur. Ada yang pria dan juga wanita. Tanpa berpikir panjang, saya pun ikut turun mengikuti mereka.
Saat menuruni anak tangga, ada banyak toko suvenir, toko alat-alat surfing, penginapan, dan rumah makan di sepanjang jalannya. Rupanya, tebing-tebing di sini 'disulap' untuk dijadikan berbagai macam fasilitas tersebut. Pemandangan yang terlihat dari anak tangganya pun sungguh menggoda. Lautan biru dengan ombak-ombaknya membuat saya tidak sabar untuk tiba di pantainya.
Akan tetapi, ada satu hal menarik saat saya melewati rumah makan dan beberapa bangku-bangku panjang untuk berjemur. Ya, kebanyakan wisatawan di sini adalah bule! Wisatawan domestik malah bisa dihitung dengan jari.
Sambil menuruni anak tangga, saya pun sesekali harus memberikan jalan atau membelokan badan saat berpapasan mereka yang membawa papan seluncur. Ternyata, Pantai Suluban juga menjadi destinasi favorit bagi para peselancar.
"Tempat ini sudah terkenal di dunia, maka saya datang ke sini untuk mencoba ombaknya," kata Diego, peselancar asal Portugal yang sedang mengutak-atik papan selancarnya.
Lain lagi dengan Peter dari AS. Dia mengaku sudah dua kali berselancar di Pantai Suluban dan suka dengan pantainya. "Pantai di sini sangat bagus, Bali tidak hanya Kuta saja," katanya sambil membawa papan seluncur.
Hap! Tibalah saya di Pantai Suluban. Pasirnya sangat halus dan bersih. Batu-batu karang dan tebing-tebing yang cadas menjadi latar dari pantai ini. Di tengah laut sana, terlihat peselancar yang sedang berjuang menaklukan ombak.
Saat sedang menyisiri pantai, isinya kebanyakan bule seksi berbikini yang sedang berjemur. Sambil merebahkan badan di atas tikar atau kain di atas pasirnya, mereka terlihat santai menikmati pantai. Ada yang memandangi lautan, bermain-main di atas batu karang, hingga membaca buku.
Tak hanya itu, rupanya para peselancar di sini juga kebanyakan bule. Badan mereka pun besar-besar. Ada yang terlihat kesal dan senang saat mereka berjalan ke arah pantai setelah surfing. Tak mudah memang untuk menaklukan ombak di sini. Sebabnya, ombak di Pantai Suluban mempunyai tinggi hingga 4 meter. Hanya para profesional saja yang dapat bermain dengan ombaknya.
Hingga menjelang senja, masih banyak bule yang bersantai atau sekedar duduk-duduk di bangku panjang. Ada yang berpasangan, bersama teman, dan sendirian. Bule dari berbagai belahan dunia ada di sini. Mereka biasanya berlama-lama di pantai ini karena ombak, matahari, dan pantainya yang masih bersih. Mungkin, karena pantai ini yang lokasinya 'tertutup', membuat bule betah berlama-lama di sini.
Hampir pengunjung Pantai Suluban adalah turis asing. Meski demikian, mereka juga terlihat ramah dan menyenangkan. Cobalah berkunjung ke Pantai Suluban dan buktikan sendiri!