Unik

Pohon Legendaris Ini Umurnya 700 tahun

Sekilas pandang, pohon tua di Brumis, Bellevue, Kanada ini tampak seperti batang tumbuhan mati pada umumnya. Tetapi pohon pinus ini ternyata punya nilai sejarah penting bagi sebuah kota.



Pohon yang dinamai Brumis Tree ini merupakan penanda berdirinya kota tambang Brumis. Kota itu didirikan pada awal abad 20 ketika Davenport Coal Company, sebuah perusahaan penambangan mulai menggali kekayaan alam di daerah itu.
Kala itu Brumis Tree sudah berdiri di tempatnya sekarang. Lantas pohon yang saat itu sudah berusia beberapa ratus tahun namanya diabadikan sebagai identitas kota. Lahirlah kota Brumis.
Pohon itu telah melewati usia 700 tahun ketika mati pada tahun 1978. Tetapi penduduk Burmis yang menganggap pohon tersebut turut 'berjasa' bagi keberadaan kota mereka lantas menjaganya.
Bahkan ketika Burmis Tree tumbang karena hempasan badai di tahun 2004, warga 'menanam' kembali pohon tersebut. Begitu juga ketika oknum tak bertanggungjawab iseng memotong salah satu rantingnya. Warga sepakat untuk menyatukan lagi ranting tersebut dengan lem. Hingga hari ini Brumis Tree masih berdiri di tempatnya, meskipun cabang-cabangnya tak lagi dihiasi pucuk hijau.
SUMBER: DISINI 

Video Hantu Jepang yang Ngikut Naik Taxi



Hantu-hantu Jepang memang dikenal menakutkan, banyak film horor dari Jepang laris di pasaran Indonesia. Namun kali ini bukanlah film. Percaya atau tidak, video menyeramkan rekaman CCTV ini jelas memperlihatkan sosok wanita seperti bayangan transparan ikut pria ini naik taksi.
Seperti yang dikutip dari tribunnews.com, Akun dengan nama CTSara Akmal mengunggah sebuah video di Youtube berjudul ‘JELAS…Hantu Wanita Terakam di CCTV Ikut Lelaki Naik Teksi’. Video ini diunggah pada November 2013 lalu dan sudah dilihat lebih dari 400 ribu kali.
Dalam tayangan tersebut diperkirakan di sebuah lokasi yang ramai di Jepang beberapa orang naik taksi. Awalnya tak ada hal yang aneh, namun saat seorang lelaki masuk taksi, di belakangnya tepat sosok wanita yang transparan seperti bayangan ikut masuk taksi. Diperkirakan sosok tersebut adalah hantu benar-benar terekam di kamera CCTV.


Sumber

Ada Kampung Kumuh di Sillicon Valley

Bagi anda yang belum mengetahui, Silicon Valley adalah sebutan dari wilayah yang terletak di San Fransisco Bay Area, kawasan ini menjadi sangat terkenal di dunia karena di daerah ini terdapat beragam markas besar perusahaan berbasis teknologi paling elit di dunia. Sebut saja Google, Apple, Intel, AMD, Oracle, Adobe, Ebay, Facebook, dan lain sebagainya. Namun siapa sangka di kawasan yang penuh sesak dengan kantor-kantor perusahaan besar dunia juga terdapat kantong-oantong kemiskinan.


Silicon Valleys ternyata merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah tunawisma terbesar di Amerika Serikat. Di kawasan yang dinamakan "the Jungle" ini merupakan salah satu kamp tunawisma terbesar di Silicon Valley. Diperkirakan terdapat 200 orang yang mendiami tempat ini.


Aparat juga tidak tinggal diam, seperti hal nya di Indonesia para tunawisma pun di"relokasi" ke tempat lain dan diberikan subsidi sewa agar mereka bisa tinggal di tempat yang lebih layak.






Pemandangan seperti ini cukup mencengangkan untuk negara besar seperti Amerika, apalagi kamp ini berdiri di dekat kemegahan kantor-kantor perusahaan besar dunia seperti Google, Apple, dan sebagainya.




Untuk mencari rejeki, beberapa penduduk di "The Jungle" menjadi pemulung mengumpulkan botol bekas atau kawat tembaga untuk dijual lagi.


Untuk urusan higienitas jangan ditanya lagi, kebanyakan kamp ini tidak memiliki sarana Mandi, Cuci, dan Kakus yang memadai. Warga memakai air sungai untuk mandi dan mencuci, pihak berwenang mengatakan aktivitas warga tersebut menyebabkan polusi air di sungai setempat. Pihak berwenang berencana untuk menutup kamp ini secara permanen dan menempatkan Park Ranger agar warga tidak kembali lagi ke wilayah kumuh.


Kisah Pemanggul Tandu Jendral Soedirman

PARA PEMIKUL TANDU PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN
Anda mungkin tak akan lupa pada foto di atas, yang selalu ada di dalam buku - buku sejarah perjuangan bangsa. Dan tentunya ketika anda mengamati dan memperhatikan secara sekilas maupun seksama dan pada gambar hitam putih ada orang ditandu, kita akan langsung berpikir bahwa beliau adalah Panglima besar Jenderal Soedirman semasa perang gerilya di masa perjuangan bangsa.



DJUWARI
 ( Sosok Pemikul Tandu Panglima Besar Jendral Soedirman )
Melihat sosok Djuwari tak nampak kegagahan pemuda berumur 21 tahun yang 61 tahun lalu memanggul Panglima Besar. Namun dipandang lebih dekat, baru tampak sisa-sisa kepahlawanan pemuda Djuwari. Sorot mata kakek 13 cucu itu masih menyala, menunjukkan semangat perjuangan periode awal kemerdekaan.
Sang pemanggul tandu Panglima Besar itu mengenakan baju putih teramat lusuh yang tidak dikancingkan. Sehingga angin pegunungan serta mata manusia bebas memandang perut keriputnya yang memang kurus. Sedangkan celana pendek yang dipakai juga tak kalah lusuh dibanding baju atasan.
Rumah-rumah di Dusun Goliman termasuk area kediaman Djuwari tak begitu jauh dari kehidupan miskin. Beberapa rumah masih berdinding anyaman bambu, jika ada yang bertembok pastilah belum dipermak semen. Sama halnya dengan kediaman Djuwari yang amat sederhana dan belum dilengkapi lantai.
“Sing penting wes tau manggul Jenderal, Pak Dirman. Aku manggul teko Goliman menyang Bajulan, iku mlebu Nganjuk,” ujar suami almarhum Saminah itu ketika ditanya balas jasa perjuangannya.
Dia bercerita, memanggul tandu Pak Dirman (panggilannya kepada sang Jenderal) adalah kebanggaan luar biasa. Kakek yang memiliki tiga cicit itu mengaku memanggul tandu jenderal merupakan pengabdian. Semua itu dilakukan dengan rasa ikhlas tanpa berharap imbalan apapun.
Sepanjang hidupnya menjadi eks pemanggul tandu Soedirman, keluarga Djuwari beberapa kali didatangi cucu Panglima Besar. Pernah suatu kali diberi uang Rp 500 ribu, setelah itu belum ada yang datang membantu. Pemerintahan yang cukup baik kepadanya adalah pada zaman Soeharto, sesekali dia digelontor bantuan beras.
“Biyen manggule tandu yo gantian le, kiro-kiro onok wong pitu, sing melu manggul teko Goliman yaiku Warso Dauri (kakak kandungnya), Martoredjo (kakak kandung lain ibu) karo Djoyo dari (warga Goliman),” akunya.
Perjalanan mengantar gerilya Jenderal Soedirman seingatnya dimulai pukul 8 pagi, dengan dikawal banyak pria berseragam. Rute yang ditempuh teramat berat karena melewati medan berbukit-bukit dan hutan yang amat lebat. Seringkali perjalanan berhenti untuk beristirahat sekaligus memakan perbekalan yang dibawa.
“Teko Bajulan (Nganjuk), aku karo sing podho mikul terus mbalik nang Goliman. Wektu iku diparingi sewek (jarit) karo sarung,” imbuhnya.
Ayah dari empat putra dan empat putri itu menambahkan, waktu itu, istrinya (sudah dipanggil Tuhan setahun lalu) amat senang menerima sewek pemberian sang Jenderal. Saking seringnya dipakai, sewek itupun akhirnya rusak, sehingga kini Djuwari hanya tinggal mewariskan cerita kisahnya mengikuti gerilya.
“Pak Dirman pesen, urip kuwi kudu seng rukun, karo tonggo teparo, sak desa kudu rukun kabeh,” katanya.
Dari empat warga Dusun Goliman yang pernah memanggul tandu Panglima Besar, hanya Djuwari seorang yang masih hidup. Putra Kastawi dan Kainem itu masih memiliki kisah dan semangat masa-masa perang kemerdekaan. Ketika ditanya soal periode kepemimpinan Presiden Soekarno hingga SBY, Djuwari dengan tegas mengatakan tidak ada bedanya.

 Tandu yang dulu digunakan Panglima Besar Jendral Soedirman dalam Perang Gerilya mengusir penjajah, yang sekarang disimpan rapi di Museum Satria mandala