Investasi di bidang pengolahan salak menjadi produk minuman "wine
salak" di Kabupaten Karangasem, Bali, sampai saat ini masih dalam proses
tawar-menawar.
"Tawar-menawar dengan investor masih dilakukan. Begitu juga soal
perizinan juga masih dalam proses, " kata Bupati Karangasem I Wayan
Geredeg di Amlapura, Jumat.
Menurut dia, jika salak tersebut bisa diolah dengan baik menjadi wine
salak, maka dipastikan dapat menstabilkan harga salak di kabupaten
paling timur Pulau Bali itu.
Setiap tahun, petani di Kabupaten Karangasem bisa menghasilkan
ratusan ton salak. Namun sampai saat ini melimpahnya hasil panen salak
belum mampu mengangkat taraf hidup petani salak di daerah itu karena
harga jual sering kali jatuh pada saat musim panen.
Padahal para petani sudah bekerja keras mengembangkan komoditas
pertanian yang dikenal para wisatawan mancanegara itu dengan sebutan
"fruit snake skin".
Saat ini, kata dia pengelolaan salak menjadi wine itu masih dikelola
oleh masyarakat lokal melalui badan usaha CV Dukuh Lestari. Wayan
Geredeg berharap badan usaha itu bisa mengembangkan jaringan produksi di
setiap subak untuk menjadi pengolah wine berkualitas.
Satu botol wine salak di tingkat petani dijual dengan harga Rp26
ribu. Kemudian di tingkat distributor seharga Rp100 ribu dan tingkat
pengecer Rp200 ribu per botol. Untuk menghasilkan satu botol wine
dibutuhkan satu kilogram salak.
Petani baru bisa mendapatkan keuntungan jika harga salak stabil pada angka Rp10 ribu per kilogram.
Sumber : http://id.berita.yahoo.com/wah-salak-bali-mau-dijadikan-bahan-baku-minuman-041659336.html